Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Terus melemahnya nilai tukar rupiah yang kini berada di kisaran Rp 12.000 per dollar AS akan membuat daya beli masyarakat menurun.
Sofjan Wanandi Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bahkan memprediksi nilai tukar rupiah akan tetap berada di kisaran Rp 11.500 sampai Rp 12.500. Jika nilai tukar di level itu akan membuat daya beli masyarakat menurun.
“Pengusaha retail penjualannya akan menurun, dan kalau menurun mereka jualannya akan kasih diskon, di lain sisi, pembelinya juga akan menggunakan kartu kredit,” kata Sofjan saat dijumpai di kediaman MS Hidayat semalam, Senin (2/12).
Dengan pelemahan nilai tukar rupiah juga akan berdampak pada ekspor dan impor dari dalam negeri. Nilai tukar yang tinggi membuat masyarakat cenderung mengurangi impor. Hal tersebut dikarenakan selain harga yang melambung tinggi akibat dari pelemahan rupiah, bea masuk untuk impor juga akan dinaikkan sehingga membuat harga barang impor semakin tinggi.
“Padahal kondisi daya beli masyarakat Indonesia sedang mengalami penurunan. Itu pasti mengurangi impor,” tuturnya.
Selain itu, dalam kondisi seperti ini juga bisa mengakibatkan menurunnya daya saing produk dalam negeri ataupun produk yang di ekspor. Ini dikarenakan biaya bahan baku dan ongkos kirim yang mengalami kenaikan. “Ekonomi menciut, ongkos-ongkos naik, bisa nggak kita bersaing dengan barang-barang impor itu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News