kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apkabel optimistis industri kabel tumbuh 15% di tahun 2020


Jumat, 10 Januari 2020 / 20:02 WIB
Apkabel optimistis industri kabel tumbuh 15% di tahun 2020
ILUSTRASI. PERMINTAAN KABEL naik 15% di 2020


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) memandang tahun ini jadi kesempatan bagi produsen kabel untuk mengerek bisnisnya. Mengingat, tahun lalu, industri ini cenderung melambat. 

Noval Jamalullail, Ketua Umum Apkabel menebak, pada 2020, industri kabel dapat tumbuh sekitar 10%-15% dibandingkan tahun lalu. Mengingat rata-rata konsumsi kabel domestik dapat bertumbuh sekitar 10% setiap tahunnya.

Baca Juga: Tender kabel PLN mundur, jadi batu sandungan industri kabel di tahun 2019 lalu

Sementara itu tingginya serapan kabel listrik di dalam negeri juga dipengaruhi oleh rendahnya rasio elektrifikasi nasional yang baru di level 0,78 pada 2016. Setiap tahunnya rasio elektrifikasi terus ditingkatkan.

Sedangkan, kebutuhan kabel transmisi masih tinggi mengingat beberapa investor masih menahan menanamkan dananya di dalam negeri menunggu kepastian ketersediaan sumber daya listrik. Selain itu, beberapa fasilitas produksi industri pun terhenti karena masih rendahnya sebaran listrik di daerah-daerah.

Mengenai kemungkinan produsen menambah kapasitas produksi di tahun ini, Noval bilang, dengan situasi perekonomian saat ini produsen kabel cenderung wait and see. "Nanti realisasi semester I-2020 sudah keluar mungkin bisa menjadi cerminan untuk tetap lanjutkan investasi atau tidak," jelas dia kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1).

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk emiten kabel berikut

Untuk jenis kabel tegangan tinggi saja, tercatat mencatat kapasitas terpasang pabrikan di Indonesia mencapai 3.600 Km per tahunnya. Adapun terkait harga bahan baku kabel saat ini, Noval mengatakan tengah berada pada titik terendah.

Kondisi tersebut bakal berimbas pada turunnya harga jual, sehingga menurutnya agak berbahaya bagi produsen jika mendapatkan kontrak jangka panjang saat ini. Sebab suatu waktu harga bahan baku yang berupa tembaga dan aluminium berpotensi fluktuatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×