kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APKI keluhkan kampanye kemasan boneka barbie


Rabu, 29 Juni 2011 / 17:43 WIB
APKI keluhkan kampanye kemasan boneka barbie
ILUSTRASI. Pengendara melintas di samping videotron bergambar foto wajah para tim medis baik dokter dan perawat yang gugur saat bertugas melawan Pandemi Covid 19 yang terpasang di kawasan Sisingamangaraja, Jakarta, Jumat (18/0/9/2020). Merujuk data Ikatan Dokter Ind


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengeluhkan kampanye yang dilancarkan LSM lingkungan hidup Greenpeace yang terbaru mengenai kemasan boneka Barbie.

Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M Mansyur menilai, kampanye-kampanye yang dilancarkan Greenpeace selama ini merugikan industri pulp dan kertas di Indonesia. Menurutnya, kampanye yang dilakukan hanya menguntungkan para industri pesaing di luar negeri. "Setiap industri kita yang berpotensi mengganggu industri serupa di negara maju, pasti akan diganggu," kata Mansyur usai pertemuan APKI dengan Kementerian Peridustrian, Selasa (28/6).

Mansyur mengatakan dalam kertas pembungkus kemasan boneka Barbie yang diproduksi oleh Asia Pulp and Paper (APP) ditemukan adanya serat yang berasal dari hutan alam. Hal itu seharusnya tidak masalah selama pohon itu ditebang dari hutan tanaman industri (HTI), karena setelah ditebang akan ditanam lagi bibit yang baru.

Menurutnya, alasan penggundulan hutan hingga pemanasan global, hanya upaya untuk mencegah produk pulp dan kertas Indonesia tidak masuk ke negara maju. Maklum, Indonesia merupakan produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia, yang berada pada peringkat ke-9 untuk pulp, dan peringkat ke-8 untuk kertas. Sedangkan di tingkat Asia, Indonesia menduduki urutan ke-3 baik untuk pulp maupun kertas.

Direktur PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) Yan Partawidjaja mengharapkan pemerintah memberi pendampingan terhadap industri pulp dan kertas dalam menghadapi isu-isu negatif. Apalagi, selama ini industri telah menyumbang devisa yang besar bagi negara. "Jangan sampai kami ditinggal untuk mengurusi permasalahan ini sendiri," ujarnya.

Tidak hanya persoalan kampanye negatif dari Greenpeace, Yan menyebut, pemerintah juga perlu melakukan pendampingan yang maksimal untuk menghadapi berbagai tuduhan dumping di berbagai negara.

Data dari Kementerian Perindustrian menunjukan bahwa pada saat ini di Indonesia beroperasi 14 industri pulp dan 79 industri kertas dengan kapasitas terpasang untuk pulp 7,9 juta ton per tahun dan kertas 12,17 juta ton per tahun. Produk pulp dan kertas dari Indonesia mayoritas diperuntukan bagi pasar ekspor. Misalnya, Asian Pulp and Paper (APP) sekitar 60% produksinya diekspor ke berbagai negara terutama Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×