kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APM mobil beramai-ramai semarakkan pasar mobil listrik


Jumat, 06 November 2020 / 16:54 WIB
APM mobil beramai-ramai semarakkan pasar mobil listrik
ILUSTRASI. Petugas melakukan pengisian listrik kendaraan bermotor jenis mobil. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar otomotif nasional mulai diramaikan dengan beragam kemunculan mobil listrik. Agen Pemegang Merek (APM) berbondong-bondong menampilkan model mobil listrik mereka yang segera akan diserap oleh pasar domestik.

Bagi Toyota Astra Motor (TAM), elektrifikasi kendaraan roda empat saat ini tak bisa diabaikan. Meskipun belum meluncurkan mobil elektrik murni (electric vehicle/EV), namun perusahaan diketahui sudah memasarkan beberapa line up jenis hybrid.

"Untuk elektrifikasi tentu penting ya bagi kami di Toyota. Itu juga yang menjadi alasan kami mulai mengenalkan lebih dari 10 tahun lalu dengan menghadirkan Hybrid, sampai skrg Plug-in Hybrid pun tahun ini disiapkan untuk Indonesia," ungjap Henry Tanoto, Vice President TAM kepada Kontan, Jumat (6/11).

Langkah memunculkan hybrid ketimbang full EV, menurut Henry ialah upaya Toyota agar market Indonesia secara perlahan makin mengenal kendaraan elektrik dan dapat terbentuk konsumen di segmen tersebut. Tahun lalu menjadi periode dimana TAM menampilkan banyak jajaran mobil hybrid-nya.

Seperti Toyota Camry Hybrid yang dibanderol dengan harga kisaran Rp 809 juta, lalu disusul oleh Toyota C-HR varian Hybrid dan Toyota Corolla Altis Hybrid yang masing-masing dijual dengan harga kisaran Rp 523 juta dan Rp 566 juta per unit.

Baca Juga: Ini dia skuter listrik imut nan lucu bernama Yamaha e-Vino, berapa harganya?

Lebih lanjut, kata Henry, dengan intensi positif pemerintah lewat berbagai rencana, salah satunya di infrastruktur, tentu akan makin menyiapkan market mobil listrik di masa depan. Salah satu infrastruktur tersebut ialah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Tantangan lainnya kata Henry adalah kesiapan masyarakat untuk mengadopsi teknologi ini, walaupun semakin berkembang tapi belum besar. "Termasuk juga mengenai cost yang masih cukup tinggi, terutama untuk teknologi full EV (baterai listrik)," kata Henry

Makanya Toyota menekankan pihaknya start penetrasinya dari dulu lewat kendaraan jenis hybrid, agar market semakin siap dan terbiasa untuk menerima teknologi ini. Kedepannya kata Henry, Toyota akan terus mengembangkan semua teknologi elektrifikasi baik Hybrid EV, Plug in Hybrid EV, maupun Batterg EV alias full EV secara bertahap untuk makin menambah pilihan untuk pelanggannya.

Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga berpendapat bahwa keberadaan infrastruktur menjadi syarat mutlak bagi keberadaan pasar kendaraan elektrik. Oleh karena itu pihaknya mengapresiasi pemerintah yang terus menggenjot keberadaan fasilitas tersebut.

Tantangan berikutanya datang dari harga mobil yang masih mahal. "Harga mobil listrik ini masih mahal, diatas Rp 500 jutaan. Sedangkan daya beli masyarakat Indonesia untuk mobil adanya dikisaran harga Rp 250 juta ke bawah," ungkap Jongkie kepada Kontan, Jumat (6/11).

Meski demikian ia tak menampik, walau harga mahal namun segmen tersebut masih mencuri perhatian beberapa konsumen otomotif. Oleh karena itu APM tetap bersemangat meluncurkan dan memamerkan line up barunya di model kendaraan ini.

Nissan Indonesia misalnya telah meluncurkan mobil baru Kicks e-POWER dengan konsep hybrid series di tahun ini. Model mobil SUV ini bergerak seperti mobil listrik, namun membawa mesin bensin konvensional sebagai generator.

Harga mobil hybrid Nissan tersebut dibanderol sekitar Rp 449 juta per unitnya. Head of Communications PT Nissan Motor Indonesia, Hana Maharani menjelaskan salah satu motivasi APM memboyong kendaraan tersebut lantaran melihat antusiasme masyarakat terhadap mobil listrik cukup tinggi.

"Namun memang masih ada miskonsepsi tentang mobil listrik dan juga keterbatasan fasilitas charging yang ada saat ini membuat masyarakat masih ragu untuk beralih ke full EV (full elektrik)," terang Hana kepada Kontan. Namun ia menilai hal tersebut sebetulnya wajar, karena Indonesia masih di fase awal dari mobilitas full EV.

Tahun lalu pemerintah sebenarnya telah mencanangkan percepatan adopsi kendaraan listrik, dan Nissan kata Hana menyambut baik hal ini. "Karena di masa depan, kami yakin kita akan semakin beralih ke mobilitas elektrik untuk mengurangi ketergantungan pd bahan bakar minyak, lebih ramah lingkungan dan lebih minim polusi udara dan suara," katanya.

Namun menurutnya untuk menuju ekosistem listrik, butuh kerjasama dan kolaborasi dengan banyak key stakeholder, baik dengan pemerintah dan swasta. Nissan melihat, model yang baru ia luncurkan saat ini ditujukan bagi konsumen yang ingin mendapatkan pengalaman berkendara mobil listrik tapi tidak ingin direpotkan urusan charging.

Ini memungkinkan karena sistem e-POWER memungkinkan konsumen berkendara seperti mobil listrik: akselerasi halus, cepat, torsi instant, senyap dan efisien, tapi tidak bergantung pada charging external. "Bisa dibilang, e-POWER (hybrid) ini jembatan inovatif menuju mobilitas full EV, rasanya ini adalah solusi yg realistis dan tepat bagi konsumen," ujar Hana.

Selanjutnya: Hyundai bakal luncurkan dua mobil listriknya besok, Jumat (6/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×