Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Agen Pemegang Merek (APM) sepeda motor mempersiapkan diri memproduksi sepeda motor dengan standar Euro 4. Langkah ini diambil untuk memenuhi permintaan ekspor dari negara-negara Eropa yang mulai menerapkan wajib Euro 4 mulai 1 Januari 2017.
Sekadar informasi, teknologi mesin standar emisi Euro 4 mensyaratkan penggunaan bahan bakar yang berkualitas. Teknologi mesin dengan standar emisi Euro 4 juga diklaim lebih irit.
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengaku sudah siap memproduksi otomotif berstandar emisi Euro 4. "Untuk produksi Euro 4 kami akan mulai di tahun 2017," ujar Yohan Yahya, GM Marketing Roda Dua PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) kepada KONTAN, Selasa (27/12).
Demikian pula Yamaha yang akan mulai produksi sepeda motor Euro 4 di 2017. "Yamaha sudah siap mengekspor motor dengan spesifikasi Euro 4, khususnya ke Eropa. Kami baru akan produksi Januari 2017, sesuai pesanan negara tujuan ekspor," kata Mohammad Masykur, Asisten General Manager Marketing PT Yamaha Indonesia kepada KONTAN, Selasa (27/12).
Masykur mengatakan, penerapan standar Euro 4 tidak akan mengurangi jumlah ekspor Yamaha ke Eropa. "Meningkat atau tidaknya hasil ekspor ke depan, tergantung demand di negara tujuan," kata Masykur.
Dengan menerapkan Euro 4, Yamaha akan mengenakan harga motor yang lebih tinggi. Hanya saja Masykur belum bisa memastikan berapa harganya. Adapun model yang diekspor ke Eropa antara lain NMax, R25 dan MT25. Tidak hanya itu, saat ini Yamaha akan menambah model anyar untuk pasar ekspor.
Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) menganggap wajib Euro 4 di Eropa tidak akan mempengaruhi ekspor sepeda motor ke sana. "Rasanya seharusnya tidak sampai ada kekosongan ekspor ke Eropa. Secara teknis itu tidak masalah," ujar Gunadi Sindhuwinata, Ketua Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI).
Gunadi mengatakan, sampai akhir tahun ekspor sepeda motor Indonesia mencapai 400.000 unit. Negara kontributor ekspor terbesar ialah Timur Tengah dan Eropa TImur. Sedangkan negara lain seperti Jerman, Inggris, dan Belanda baru mulai sejak dua tahun terakhir. "Ekspor ke Eropa masih kecil tapi masih menjadi negara tujuan ekspor yang menjanjikan. Kebutuhan pasarnya terus meningkat," ujar Gunadi.
AISI minta agar pemerintah segera menerapkan regulasi Euro 4 di dalam negeri. Penerapan Euro 4 dalam negeri akan membantu APM menekan biaya produksi. "Dengan begitu kita tidak perlu memproduksi produk dengan dua jenis standar, satu untuk lokal dan satu untuk ekspor. Sehingga skala ekonominya akan lebih baik," kata Gunadi.
Namun, Yan Sibarang Tandiele, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin mengatakan, kendala saat ini ialah kesiapan bahan bakar untuk Euro 4 dari Pertamina. "Pertamina baru bisa produksi bahan bakar Euro 4 di 2023," ujar Yan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News