Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kinerja ekspor kopi Indonesia pada April 2011 kurang menggembirakan. Penjualan kopi ke luar negeri pada bulan itu melemah dibandingkan bulan sebelumnya. Pelaku usaha beralasan, hal itu karena kurangnya pasokan.
International Coffee Organization (ICO) mencatat, volume ekspor kopi Indonesia sepanjang April kemarin sebanyak 420.000 karung atau setara 25.200 ton (per karung 60 kg). Padahal, jumlah ekspor bulan sebelumnya sebanyak 560.000 karung (33.600 ton), atau turun 25%. "Bisnis kopi terhambat banyak masalah," kata Sabam Malau, Ketua Umum Forum Kopi Sumatera Utara, kemarin.
Masalah itu terutama karena persediaan kopi memang menipis. Ini mengingat, rata-rata perkebunan kopi di Indonesia belum memasuki masa panen raya. Padahal, selama ini ekspor kopi berjalan terus setiap bulan.
Memang, di bulan-bulan sebelumnya, volume ekspor kopi lebih besar. Hal itu karena pengusaha mengandalkan kelebihan stok hasil panenan tahun 2010. "Sekarang stok terus berkurang, otomatis volume ekspor kopi juga harus diperkecil," terang Sabam.
Terlebih lagi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada bulan itu juga semakin menguat. Berdasarkan data Bloomberg, rata-rata nilai tukar rupiah pada April 2011 adalah Rp 8.648 per dollar AS, lebih kecil daripada bulan Maret Rp 8.760,22 per dollar AS. Otomatis, penurunan itu mengakibatkan nilai perdagangan ekspor kopi semakin berkurang.
Keuntungan ekportir kopi pun terpengaruh penguatan rupiah. "Margin keuntungan ekspor kopi lebih rendah 10% dibandingkan menjual di pasar domestik," jelas Sabam.
Terlebih lagi, belakangan minat masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi kian tinggi. Masyarakat memang kian familier meminum kopi seiring berkembangnya kedai-kedai kopi modern. Minum kopi telah menjadi gaya hidup yang sedang populer di kalangan masyarakat.
Namun, Sabam memprediksi ekspor kopi Indonesia bakal meningkat mulai Juli mendatang. Alasannya, pasokan kopi Brazil pada periode itu diperkirakan akan menurun. Ini mengingat, kondisi perkebunan kopi di Brazil sedang buruk akibat curah hujan yang tinggi sejak awal tahun ini. "Indonesia bisa mengambil keuntungan dari itu," seru Sabam.
Namun, Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, mengingatkan, Indonesia juga menghadapi masalah serupa dengan Brazil. Ia mencatat, curah hujan di sejumlah daerah masih tinggi pada semester I tahun ini. "Itu juga menghambat pertumbuhan bunga kopi, yang bisa mengganggu produksi," ujar Gamal.
Apalagi, perkebunan kopi juga rawan terserang hama penggerek. Walhasil, Gamal menghitung, produksi kopi tahun ini bisa berkurang dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 600.000 ton. "Paling tidak akan turun sekitar 10%-20%," jelas Gamal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News