Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi dan kasus covid-19 yang lebih terkendali menjadi angin segar bagi industri perdagangan dan ritel. Jika tren ini terus berlanjut, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan bisnis ritel bisa pulih pada pertengahan tahun depan.
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey menyampaikan, kondisi bisnis ritel pada tahun ini sejatinya sudah lebih baik ketimbang tahun lalu. Namun, level pertumbuhan belum begitu signifikan dibandingkan sebelum pandemi. Roy menyebut saat ini bisnis ritel masih berada pada tahap pra-recovery.
Dia menekankan, pemulihan bisnis ritel beriringan dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pergerakan bisnis ritel juga bergantung pada percepatan program vaksinasi, penanggulangan kasus covid-19, hingga pengetatan mobilitas masyarakat.
"Sejak pelonggaran mobilitas (PPKM), situasi di bisnis ritel ada perubahan signifikan. Jadi pertumbuhan ritel sangat berpengaruh dengan bagaimana pemerintah menanggulangi Covid-19, meningkatkan vaksin, sehingga mobilitas lebih longgar," ujar Roy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/12).
Baca Juga: Seratusan wirausahawan dari seluruh Indonesia berebut investor
Roy memberikan gambaran pemulihan bisnis ritel secara kuartalan (Q to Q), yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal 2021 pertumbuhan ritel tercatat minus 1%-1,5%. Lalu pada kuartal II 2021, bisnis ritel positif 5%-5,5% yang antara lain terdongkrak oleh momentum Idul Fitri.
Sayangnya, tren pertumbuhan ritel tidak berlanjut pada kuartal III 2021. Adanya serangan varian Delta serta PPKM darurat pada akhir Juni-Agustus membuat pertumbuhan ritel pada periode kuartal III hanya berada pada level 2%-2,5% atau turun sekitar 50% secara Q to Q.
Roy memperkirakan, bisnis ritel pada kuartal ke IV 2021 akan kembali terkerek naik sekitar 4,5%-5% dibandingkan periode kuartal ketiga. Lalu secara keseluruhan, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 4%-5% pada tahun 2021, Roy memproyeksikan bisnis ritel di Indonesia bisa tumbuh sekitar 3,5%-4% sepanjang 2021.
Baca Juga: Revisi Permendag 23/2021 tentang pembinaan pusat belanja sesuai usulan Aprindo
Meski begitu, pertumbuhan secara tahunan itu masih berada di level 50%-60% jika dibandingkan pertumbuhan yang bisa dicapai bisnis ritel sebelum adanya pandemi Covid-19.
"(Sebelum masa pandemi) kita masih bisa bertumbuh 8,5%-9% per tahun. Itu lah kenapa sekarang ini kita masih pra-recovery," ujar Roy.
Aprindo pun menyambut baik kebijakan pemerintah yang membatalkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 serentak. Dengan begitu, tren pemulihan bisnis ritel di akhir tahun atau pada masa natal dan tahun baru (nataru) bisa berlanjut.
Aprindo mencatat, momen hari besar memang mendongkrak kinerja bisnis ritel. Yang terbesar, tentu saat masa Idul Fitri dengan rentang pertumbuhan rerata 35%-40% dibandingkan hari normal. Sedangkan pada saat Nataru pertumbuhan ritel berada di angka 15%-20%.
Roy berharap, tren pemulihan bisnis ritel bisa berlanjut pada tahun 2022. Dengan catatan, pertumbuhan ekonomi juga terus terjadi. Berbarengan dengan itu, pengendalian pandemi lewat pencegahan ledakan kasus covid-19 dan varian baru mutlak diperlukan.
Baca Juga: Kemendag revisi Permendag 23/2021, penambahan gerai tak terbatas pada waralaba
Lalu, percepatan program vaksinasi covid-19 hingga mencapai herd immunity turut menjadi syarat pulihnya bisnis ritel di Indonesia.
Apabila hal-hal tersebut bisa dilakukan, maka Roy optimistis bisnis ritel akan kembali recovery pada akhir Q2-2022 atau ketika momentum Idul Fitri tahun depan.
"Dari sisi masyarakat dan peritel poin utamanya prokes ketat dan aplikasi PeduliLindungi dijalankan dengan disiplin. Jika berhasil penanggulangan covid-19 dan vaksinasi, Q1-2020 masih transisi pra-recovery. Di Q2 akhir atau saat Lebaran, mulai recovery," pungkas Roy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News