kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,73   3,40   0.38%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arkora Hydro Siapkan Dana Hingga Rp 165 Miliar untuk Garap 2 Proyek PLTA Tahun Ini


Selasa, 19 April 2022 / 21:12 WIB
Arkora Hydro Siapkan Dana Hingga Rp 165 Miliar untuk Garap 2 Proyek PLTA Tahun Ini
ILUSTRASI. Arkora Hydro


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

Ambisi jangka panjang

Proyek PLTA keempat tidak diniatkan sebagai sebagai proyek pembangkit terakhir Arkora. Di luar keempat proyek pembangkit eksisting perusahaan, Arkora masih berencana menggarap proyek-proyek pembangkit EBT lagi.

Aldo mengungkapkan, sejumlah rencana proyek di luar keempat proyek PLTA eksisting perusahaan bahkan telah lolos Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) PLN. Kalau ditotal, jumlah kapasitas dari proyek-proyek pembangkit EBT Arkora yang telah lolos masuk dalam DPT PLN tersebut mencapai 50 MW. 

“Untuk lolos DPT itu enggak mudah loh, kita harus menunjukkan kita mempunyai kemampuan keuangan yang mencukupi atau memadai, juga harus mempunyai menunjukkan kita sudah melaksanakan FS dengan baik dan sesuai dengan standar-standar  PLN, studi-studi geologinya, studi-studi hidrologinya betul-betul sudah dilaksanakan,” tutur Aldo.

Aldo menuturkan, Arkora memang memiliki mimpi jangka panjang untuk bisa memiliki pembangkit-pembangkit EBT dengan akumulasi total kapasitas hingga 500 MW - 750 MW. Harapan Aldo, asa ini bisa direalisasi dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. 

Baca Juga: Arkora Hydro Mengejar Target Operasikan PLTA Hingga 125 MW dalam 4 Tahun

Aldo optimistis, bisnis EBT sangat menjanjikan. Salah satu faktor yang mendasari optimisme Aldo di antaranya ialah besarnya potensi EBT yang ada di Indonesia dengan utilisasi yang masih terbatas. Hal in memberi ruang bagi para pengembang untuk mengembangkan proyek-proyek baru dan memaksimalkan potensi EBT yang ada.

Di sisi lain, Aldo juga optimistis bahwa prospek bisnis EBT sudah lebih menjanjikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk pengembangan PLTA misalnya, teknisi, insinyur, dan konselor di Indonesia kini telah lebih familiar dengan teknologi PLTA. Dengan begitu, kendala teknis yang dijumpai tidak sebesar sebelumnya.

Katalis positif lainnya, upaya untuk menghimpun pendanaan eksternal juga lebih mudah dengan semakin banyaknya lembaga pemberi solusi pembiayaan seperti IIF. Kondisi ini berbeda dengan kondisi terdahulu ketika para pengembang lebih banyak bergantung pada opsi pendanaan dari perbankan lokal yang mensyaratkan agunan. 

Di samping itu, untuk EBT jenis hidro, ongkos produksi listrik dari PLTA juga sudah lebih rendah dibanding sebelumnya dari segi ongkos produksi sebelumnya. Walhasil, pengembang bisa menjual listriknya dengan harga yang kompetitif kepada PLN.

“Contoh di proyek (PLTA) keempat itu (harga jual ke PLN) di Rp 945 per kwh, di mana itu sudah di bawah harga pokok produksi PLN,” tutur Aldo.

Harapan Aldo, konsistensi antara  regulasi EBT dan implementasi kebijakan di lapangan bisa terus semakin baik ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×