Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai serapan rumput laut petani oleh para pelaku industri pengolahan dalam negeri masih rendah. Hal tersebut dikarenakan daya saing industri lokal yang masih harus ditingkatkan.
Safari Azis, Ketua Umum ARLI menyampaikan, industri pengolahan dalam negeri harus mampu meningkatkan daya saingnya dan mendukung pengembangan komoditas rumput laut tidak hanya dari sisi hilir, tetapi juga mulai dari sektor hulu.
“Bahan baku rumput laut banyak tersedia, kita salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Namun sejauh ini memang banyak di ekspor, masih kecil diserap oleh industri lokal,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (25/1).
Dirinya mengharapkan industri hilir bisa menyerap produksi rumput laut. Namun ternyata kemampuan untuk itu masih kecil, sehingga pelaku rumput laut lebih banyak mengekspornya ke luar karena Industri negara lain lebih siap menyerap rumput laut petani lokal.
Menurutnya, pelaku industri pengolahan lokal harus mampu bersaing dan menyesuaikan pula dengan harga yang berlaku di pasar internasional. “Saat ini harga di dunia sudah transparan, para petani pun sudah tahu dan dapat dengan mudah mengaksesnya,” tambahnya.
Safari menambahkan, industri pengolahan perlu memperhatikan ketersediaan persediaan bahan baku (inventory/buffer stock) untuk kurun waktu tertentu. Hal itu untuk menjaga kelangsungan proses produksi dan berinovasi dalam menghasilkan produk-produk yang berstandar internasional, sehingga bisa diterima dengan baik oleh pasar domestik maupun luar negeri.
Saat ini Indonesia harus siap menjadi bagian dari global value chain (rantai pasok dunia), sehingga pihaknya berharap agar pemerintah lebih tepat dalam mengeluarkan kebijakan dengan memperhatikan aspek fundamental ekonomi daerah.
Di sektor hulu, petani dan pembudidaya harus mendapat perhatian karena selama ini sangat berperan pada kesejahteraan daerah pesisir. Dengan ekspor, komoditas rumput laut juga banyak menghasilkan devisa bagi negara, ini juga harus menjadi pertimbangan. Pemerintah tidak harus selalu menitikberatkan pada sektor hilir atau pemodal.
“Pemerintah bisa memberikan insentif khusus terhadap industri, menghilangkan ekonomi biaya tinggi juga. Industri pun sebaiknya meningkatkan teknologi pengolahan agar lebih efisien, menyiapkan SDM yang handal serta menciptakan jaringan pemasaran yang lebih baik,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News