Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren arsitektur berkelanjutan semakin mendapat tempat di kalangan profesional desain Tanah Air.
Melalui ajang Onduline Green Roof Award (OGRA) 2025 yang digelar di Jakarta pekan lalu, para arsitek menunjukkan komitmen bahwa prinsip ramah lingkungan kini menjadi bagian penting dalam praktik pembangunan modern.
Baca Juga: PT Timah Buka Kemitraan Tambang Laut dengan Kapal Isap Produksi, Bagaimana Caranya?
Kegiatan ini merupakan bagian dari Jakarta Architecture Festival (JAF) 2025 yang diselenggarakan oleh PT Onduline Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta.
Mengusung tema “Expressive Roofing: Beyond Shelter Towards Identity”, ajang ini menyoroti peran atap bukan hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai elemen identitas dan ekspresi karakter bangunan.
Menurut Esther Pane, Country Director PT Onduline Indonesia, OGRA menjadi wadah bagi arsitek untuk menampilkan pendekatan desain yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
“Kami melihat semakin banyak arsitek yang menempatkan aspek keberlanjutan sebagai inti dari karya mereka, bukan sekadar tambahan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (22/10/2025).
Baca Juga: Indonesia Bidik Investasi & Kerjasama Industri dari Innoprom 2026 Rusia
Sementara itu, Teguh Aryanto, Ketua IAI Jakarta, menilai OGRA berperan penting dalam mendorong eksplorasi desain yang lebih bebas dari batasan komersial.
“Dalam proyek komersial, arsitek sering kali dibatasi oleh keinginan klien. Melalui sayembara seperti OGRA, mereka dapat lebih berinovasi dan mengeksplorasi gagasan baru,” kata Teguh.
Teguh juga menekankan pentingnya inklusivitas dalam arsitektur. Ia menilai, rancangan yang baik harus dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
“Karya arsitektur harus partisipatif dan mendengarkan kebutuhan masyarakat, bukan hanya ego desain semata,” tambahnya.
Pada malam penghargaan, tiga karya terbaik OGRA 2025 diumumkan.
Juara pertama diraih karya Shakkei Art Community Hub oleh Kartiansmara Lilih Purnaumbara, disusul Kebun Kota Cik Di Tiro karya Sasqia Nurul, dan Double Viel karya Dadi Prasojo yang juga dinobatkan sebagai Favorite Winner.
Baca Juga: Merdeka Gold (EMAS) Rampungkan Pabrik OPP di Tambang Pani
Ketua penyelenggara Almodani menambahkan, seluruh karya finalis menampilkan pemahaman mendalam terhadap isu efisiensi energi, sirkulasi udara alami, dan optimalisasi material lokal.
“Pendekatan ini menunjukkan bagaimana arsitektur dapat menjadi medium ekspresi sekaligus solusi keberlanjutan,” ujarnya.
Melalui OGRA 2025, kolaborasi antara industri dan asosiasi profesi menunjukkan arah baru pembangunan arsitektur Indonesia bergerak menuju paradigma berkelanjutan, fungsional, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, tanpa mengabaikan nilai estetika.
Selanjutnya: Rusia Kirim Ulang Syarat Perdamaian Ukraina ke AS, Pertemuan Trump–Putin Diragukan
Menarik Dibaca: 8 Manfaat Ciuman yang Bisa Bikin Panjang Umur, Ini Penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News