Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
Maskapai pelat merah tersebut pun melakukan efisiensi produksi, yakni penundaan gaji karyawan, direksi dan komisaris. Namun, pihaknya tetap berkomitmen membayarkan THR karyawan meski Menteri BUMN sempat memberi instruksi untuk tidak membayarkan THR bagi Direksi dan Komisaris.
"Kami juga melakukan evaluasi rute-rute mencari jadwal yang lebih pas di setiap perjalanan dan menghentikan rute-rute kerugian," ujarnya.
Saat ini, Garuda memiliki total 139 unit pesawat. Adapun, khusus tipe CRJ 1000NextGen terdapat 18 unit.
Baca Juga: Jual mobil Audi, Garuda Mataram Motor (GMM) jalin kerja sama eksklusif dengan Blibli
Garuda Indonesia uga tengah mengkaji restrukturisasi utang jatuh tempo senilai US$ 500 juta, setara Rp 7 triliun. Utang denominasi dolar AS tersebut akan jatuh tempo pada Juni 2020.
"Kami ada sedikit masalah, mungkin publik juga tahu kalau kami ada jatuh tempo sekitar US$ 500 juta sehingga kami butuh bantuan keuangan relaksasi dari perbankan," ujarnya.
Irfan mengaku pandemi memukul arus kas maskapai penerbangan pelat merah itu. Pada kuartal I 2020, kinerja perseroan terpukul karena penutupan penerbangan ke China dan Arab Saudi karena penghentian umroh. Bahkan, perseroan harus menerbangkan pesawat kosong ke Arab Saudi untuk menjemput jamaah umroh.
Baca Juga: Yuk intip sentimen yang bakal jadi penggerakan rupiah hari ini (29/4)
Irfan memprediksi pengurangan penumpang makin drastis lantaran Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Permenhub Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. "Penurunan ini kami lihat terus sampai Mei, dan makin drastis menjelang Lebaran," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News