kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Arus kas terpukul dampak corona, Garuda Indonesia (GIAA) renegosiasi sewa pesawat


Rabu, 29 April 2020 / 20:30 WIB
Arus kas terpukul dampak corona, Garuda Indonesia (GIAA) renegosiasi sewa pesawat
ILUSTRASI. Maskapai Garuda Indonesia bersiap mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (23/1/2020).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Garuda Indonesia (GIAA) berupaya melakukan renegosiasi pesawat khususnya tipe Boeing 777 dan CRJ 1000 NextGen untuk mengurangi beban operasional akibat tekanan keuangan di tengah pandemi covid-19.

Selain itu, Garuda Indonesia juga meminta diskon tarif sewa kepada pihak lessor (perusahan sewa guna).

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan, pihaknya telah melakukan renegosiasi tarif sewa pesawat karena nilainya terlalu tinggi.

Baca Juga: Selain pinjaman multilateral, pemerintah akan memaksimalkan SBN untuk tangani corona

Terlebih, perseroan diketahui memiliki utang yang sudah jatuh tempo senilai US$ 500 juta. Menurutnya, kondisi industri penerbangan saat ini menjadi momentum tepat untuk melakukan negosiasi harga. Ia menengarai harga sewa pesawat saat ini terlalu tinggi.

"Untuk Boeing 777 terlalu tinggi, US$ 1,6 juta bayarnya. Hari ini bisa nego menjadi US$ 800.000. Kami memiliki sepuluh unit, pada dasarnya bayar dua kali lipat," kata Irfan saat rapat virtual bersama Komisi VI DPR, Rabu (29/4).

Tak hanya itu, GIAA juga akan mengembalikan pesawat CRJ 1000 NextGen yang selama ini dikandangkan alias tidak beroperasi. Jika diterbangkan akan jauh merugikan karena biaya sewa mencapai US$ 50 juta per tahun.

Pihaknya mengaku telah melakukan renegosiasi sewa pesawat tersebut. Emiten berkode GIAA meminta agar pesawat tersebut dikembalikan ke lessor lantaran sudah memiliki pesawat dengan konfigurasi yang lebih pas.

GIAA juga menunda pembayaran kepada pihak ketiga seperti PT Angkasa Pura (Persero), PT Pertamina (Persero), dan PT Airnav Indonesia. Penundaan pembayaran terpaksa dilakukan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis Garuda Indonesia secara grup.

Baca Juga: Lion Air dan Garuda bersiap layani penerbangan domestik khusus di zona merah

"Kalau ada masalah di Garuda pasti akan ada masalah di GMF AeroAsia, Aerofood ACS, Aerotrans, dan lainnya. Ini magnitude total hampir 25.000 karyawan sehingga kami harus pastikan Garuda Indonesia tetap berlangsung, jadi kami tunda pembayaran kepada pihak ketiga," ucapnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×