kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

AS Jatuhkan Sanksi pada Rosneft dan LukOil, Bagaimana Nasib Proyek Kilang Tuban?


Sabtu, 25 Oktober 2025 / 11:12 WIB
AS Jatuhkan Sanksi pada Rosneft dan LukOil, Bagaimana Nasib Proyek Kilang Tuban?
ILUSTRASI. Amerika Serikat resmi menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar milik Rusia, yakni LukOil (LKOH) dan Rosneft (ROSN). REUTERS/Anton Vaganov


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat resmi menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar milik Rusia, yakni LukOil (LKOH) dan Rosneft (ROSN), pada Kamis (23/10/2025).

Melansir Reuters, langkah ini diambil setelah Presiden AS, Donald Trump, menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak bersikap jujur dan terbuka dalam pembicaraan terkait perang di Ukraina.

Keputusan ini tentu menjadi perhatian, mengingat Rosneft memiliki kerja sama strategis dengan Indonesia melalui proyek Kilang Minyak di Tuban, Jawa Timur.

Proyek Grass Root Refinery Tuban (GRR Tuban) dirancang sebagai kolaborasi antara Rosneft dan Pertamina dengan nilai investasi mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 392,47 triliun, mencakup lahan seluas lebih dari 800 hektare.

Baca Juga: Bahlil Ungkap Nasib Produksi Tambang Freeport Usai Insiden Longsor

Terkait dampak sanksi AS terhadap proyek ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa penyelesaian proyek masih memiliki banyak alternatif.

"Tenang aja, banyak jalan menuju surga. Ya, jangan terlalu khawatir berlebihan ya. Kita sudah siasati," ungkap Bahlil saat ditemui usai agenda Hari Pertambangan dan Energi di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jumat (24/10/2025).

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) ESDM, Laode Sulaeman, menyampaikan bahwa proses Final Investment Decision (FID) dari Rosneft untuk proyek Tuban masih berlangsung.

"Kalau itu infonya masih sama dengan dulu. Jadi Rosneft-nya sampai sekarang kan masih belum (FID)," tambah Laode.

Laode juga membandingkan progres Kilang Tuban dengan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang hampir rampung dan ditargetkan selesai pada November 2025.

Baca Juga: RI Siapkan 1,4 Juta Kiloliter Etanol untuk Target E10, Bahlil Ungkap Strateginya

"Nah sekarang dari sisi perencanaan yang baru ini (Balikpapan) yang ada di depan, yang akan didorong. Jadi yang sebelumnya (Tuban) tuh masih progresnya sama dengan sebelumnya," jelasnya.

"Karena itu kan targetnya malah RDMP itu harus selesai tahun ini. Itu yang dikejar," tambahnya.

Sebelumnya, selain AS, Rosneft juga telah dikenai sanksi oleh Uni Eropa pada pertengahan tahun ini. Perusahaan minyak asal Rusia ini mengalami embargo penjualan minyak dari kilangnya di India yang bekerja sama dengan Naraya Energy.

Sanksi-sanksi tersebut merupakan efek dari perseteruan antara Rusia dan Ukraina dalam perang yang belum berakhir. Lapangan-lapangan minyak yang dikelola Rosneft, meski berada di luar Rusia, dianggap menjadi salah satu sumber pendanaan konflik.

Selanjutnya: 12 Ciri-Ciri Terlalu Banyak Konsumsi Gula, Perhatikan ya!

Menarik Dibaca: 12 Ciri-Ciri Terlalu Banyak Konsumsi Gula, Perhatikan ya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×