kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asaki prediksi industri keramik akan kembali menggeliat di paruh kedua 2019


Minggu, 30 Juni 2019 / 15:51 WIB
Asaki prediksi industri keramik akan kembali menggeliat di paruh kedua 2019


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri keramik berpotensi memanen permintaan yang cukup besar di semester dua tahun ini. Libur panjang dan gelaran pesta demokrasi yang berdampak pada perlambatan proyek pembangunan di berbagai daerah awal tahun ini memang berdampak bagi penjualan keramik nasional.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, usai pemilu pasar bakal bergairah kembali. Sebab sepanjang kuartal I 2019, para pengusaha masih wait and see dengan ketidakpastian gejolak ekonomi dan politik saat itu.

Apalagi sejak safeguard untuk keramik China mulai diberlakukan, impor dari Negeri Tirai Bambu mulai berkurang 30% di tahun ini dan menstimulus beberapa produsen keramik agar mulai berbenah.

"Tentunya memberikan rasa optimis untuk mulai melakukan peremajaan mesin, pemanfaatan teknologi baru guna meningkatkan produktivitas serta efisiensi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (30/6).

Meski demikian, tantangan impor masih datang dari produk negara lainnya seperti Vietnam dan India. Edy mengatakan, pasokan produk dari kedua negara mulai meningkat akhir-akhir ini.

Saat ini Asaki tengah mengumpulkan data terkait pasokan impor kedua negara. Jika angkanya sudah memenuhi syarat bukan tidak mungkin ada penerapan safeguard untuk kedua pemasok tersebut.

Sementara itu, permintaan keramik ditingkat lokal bakal didorong oleh proyek infrastruktur dan properti, aktifitas tersebut juga bakal berefek domino terhadap konsumsi keramik di tingkat ritel.

Edy yang juga menjabat sebagai Direktur PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) mengatakan sektor ritel semakin berkembang dengan kegiatan renovasi maupun pembangunan rumah baru perorangan.

Seperti yang diketahui, ARNA mengandalkan sales nya dari permintaan ritel dengan segmen produk menengah ke bawah. Berdasarkan laporan keuangan kuartal-I 2019, revenue yang dihasilkan ARNA mencapai Rp 561,22 miliar atau tumbuh 13,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 494,71 miliar.

Sementara itu bagi PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS), tahun ini berusaha merangsang pasar dengan penambahan varian dan produk baru. Handono Warih, Direktur KIAS bilang pasar di semester-II 2019 masih berpeluang menumbuhkan sales perusahaan.

Namun ada beberapa hal yang masih mengganjal perseroan, salah satunya cost energi yang begitu tinggi. "Penghematan biaya produksi adalah case utama bagi perusahaan manufaktur serta pemeliharaan mesin agar bisa efisien dan kurangi cost," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (30/6).

Oleh karena itu, dari anggaran awal capital expenditure (capex) di kuartal pertama tahun ini sebesar Rp 14 miliar, yang baru terserap sekitar Rp 1,2 miliar. Manajemen mengatakan, perusahaan cenderung selektif dalam menggunakan anggaran agar tetap efisien.

Yang jelas perseroan berencana meningkatkan utilitas pabrikan hingga 90% dari kapasitas terpasang 22 juta meter persegi di tahun ini. Adapun soal target, Handono mengatakan perusahaan memproyeksi pertumbuhan sekitar 5% di tahun ini.

KIAS dikenal memproduksi keramik segmen menengah, meski pasarnya penuh tantangan namun kata Handono produk ini juga dipersiapkan untuk pemenuhan konsumsi proyek properti dan perumahan di masa mendatang. Dimana Indonesia diproyeksikan perkembangan infrastruktur dan industri real estate nya masih prospektif.

Setali tiga uang, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) juga mengupayakan produksi dapat lebih hemat. "Kami akan meningkatkan efisiensi di produksi supaya harga bisa lebih bersaing," sebut Juli Berliana, Direktur CAKK kepada Kontan.co.id, Minggu (30/6).

Saat ini, perusahaan memiliki pabrikan dengan kapasitas terpasang 9,18 meter persegi setiap tahun, dan produksinya sudah hampir full capacity. CAKK memang berencana menambah mesin baru dengan proyeksi kapasitas terpasang 13,5 juta meter persegi di tahun 2020 nanti.

Mengulik laporan keuangan kuartal-I 2019, pendapatan CAKK tercatat Rp 83,5 miliar atau naik 46,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 56,99 miliar. Penjualan terbesar berasal dari keramik jenis 40x40 yang menyumbang 41% dari total revenue di kuartal tersebut.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×