Reporter: Mia Winarti Syaidah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Asas cabotage yang mengharuskan kegiatan pelayaran di perairan Indonesia harus berbendera nasional membawa titik terang bagi dunia pelayaran niaga di Indonesia.
Johnson W Sudjipto, Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyatakan, di 2008 ketika industri pelayaran mengalami kerugian, Indonesia malah untung 15%. “Dua tahun terakhir INSA mencatat bisnis pelayaran tumbuh dua digit yakni 11-14%. Ini menandakan ekonomi kita bagus," ujarnya pada Kontan Selasa, (14/6).
Menurut Johnson ke depan prospek permintaan terhadap kapal lepas pantai (offshore) Indonesia sangat menjanjikan. "Kebutuhan kapal saat ini ada dua kebutuhan untuk peremajaan dan untuk menggantikan kapal asing," katanya.
Rata-rata usia kapal yang ada di Indonesia berusia di atas 25 tahun. Padahal idealnya usia kapal itu maksimal 20 tahun. Tapi peremajaan kapal bersifat internal, jadi tergantung perusahaan pemilik kapal. "Bagi perusahaan yang kapalnya muda peremajaan tidak diperlukan lagi," ungkapnya.
Namun yang tak kalah penting menurut Johnson, adalah pergantian armada kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan lalu lintas laut. "Kita butuh 70-80 kapal pengganti kapal asing ini," ujarnya.
Hal kedua yang bakal menggenjot bisnis pelayaran ke depan adalah imbas BBM. Pelayaran yang tidak terimbas dengan bahan bakar adalah kapal yang mendapat subsidi BBM, kapal ini tidak kena imbas BBM karena mengangkut penumpang dan bahan pokok sehingga dapat subsidi. Sementara, pengusaha pelayaran lain harus membayar lebih tinggi lantaran tidak dapat subsidi.
Kapal lain yang tidak kena imbas BBM adalah kapal offshore yang sistemnya "time cather" karena yang kena beban biaya BBM yang menyewa kapal bukan pemilik kapal. Tahun ini, Johnson memproyeksi bisnis pelayaran bakal tumbuh 8-9%.
Namun pertumbuhan itu bisa lebih besar jika didukung investasi dan infrastruktur yang memadai. "Sejak tahun 2005 kapal di Indonesia tumbuh hampir 60%, tapi galangan kapal dan infrastruktur pelabuhan tumbuh stagnan," tegasnya.
Melihat prospek yang cerah itu, PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), perusahaan jasa pelayaran ini bersegera ekspansi. Direktur Utama Wintermar Sugiman Layanto menyatakan, potensi permintaan kapal lepas pantai akan meningkat seiring dengan kegiatan eksplorasi di tahun-tahun mendatang akan terus meningkat.
PT Wintermar mencatat, sejak tahun 2007-2009 pemerintah telah memberikan sejumlah konsesi minyak untuk eksplorasi baru yang sebagian besar di lepas pantai. "Hampir semua proyek ini akan berada di kawasan Indonesia timur atau di daerah perairan dalam seperti Selat Makasar," ujarnya.
Bahkan menurut Sugiman saat ini armada kapal yang dimilikinya telah berbendera nasional sehingga bisa memenuhi angkutan laut sepenuhnya. "Kami telah mematuhi aturan cabotage dan dapat mengambil keuntungan dari peraturan ini," paparnya.
Kini, Wintermar sedang mengikuti 42 tender di sejumlah perusahaan pengeboran minyak lepas pantai. Nilai seluruh tender tersebut mencapai Rp 803 miliar atau setara dengan US$ 93,6 juta. "Rata-rata tendernya di atas lima tahun," katanya.
Dengan banyaknya proyek yang akan WINS kerjakan, perusahaan ini optimistis menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini bisa tumbuh 20%. Sementara laba bersih pelayaran ini diharapkan meningkat 45%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News