Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sampai saat ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) masih menunggu keputusan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) soal rencana merger antara PGN dengan Pertagas, dan sekaligus PGN akan menjadi anak usaha Pertamina.
Meski Kementerian BUMN belum memutuskan skemamerger tersebut, belakangan PGN sudah menolak bila setelah merger dengan Pertagas, PGN harus mau diakuisisi oleh Pertamina.
Rida Ababil, Kepala Departemen Komunikasi Korporat PGN mengungkapkan, niat Pertamina yang ngotot ingin mengakuisisi PGN setelah merger dengan Pertagas akan menyulitkan bisnis PGN di kemudian hari.
"Kalau Pertamina jadi mengakuisisi kami, pasti jadi repot mau melakukan pinjaman. Biasanya, PGN bisa dapat pinjaman besar, 300% dari total cash. Kalau ada Pertamina, apa-apa harus melibatkan Pertamina, termasuk pinjaman. Tentu kita jadi susah dapat pinjaman, bunganya juga jadi besar, karena semua tahu Pertamina itu nggak ada duitnya," kata Rida kepada KONTAN, Minggu (24/11).
Kata Rida, jika PGN dikuasai Pertamina, tingkat kepercayaan investor akan menurun seiring dengan kondisi keuangan Pertamina yang memiliki banyak utang. Dia menyatakan, jika dibandingkan untuk soal aset dan keuangan, nilai PGN lebih besar ketimbang Pertamina dan Pertagas.
Sementara itu, persoalan bisnis hilir migas akan semakin baik jika saja Pertamina mau melepas Pertagas ke pangkuan PGN. Menurut Rida, pihaknya menyambut baik jika Pertamina melepas anak usahanya itu. Sebab, PGN akan menyiapkan dana untuk melakukan akuisisi 100% saham Pertagas.
"PGN tidak akan membeli sahamnya saja, namun juga ingin menguasai semua aset Pertagas. Jika hanya membeli semua saham tidak akan menguntungkan nilai tambah PGN," ungkap dia.
Hendra Jaya, Direktur Utama Pertagas mengungkapkan, Pertagas menyerahkan sepenuhnya kepada Pertamina opsi merger atau akuisisi antara dua perusahaan hilir migas itu. Sebab, jika PGN mencaplok Pertagas, tentu saja membutuhkan pertimbangan besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News