Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo mengatakan penerapan kebijakan antikarbon atau Carbon Border Adjusment Mechanism (CBAM) yang disebut akan berlaku Uni Eropa pada 2025 tidak berpengaruh pada produksi semen dalam negeri.
"CBAM akan diterapkan di Eropa sekitar tahun 2025, dan kita tidak ada ekspor semen maupun clinker ke Eropa. Walau kita tidak ada ekspor ke Eropa, kita ingin mengetahui mekanisme implementasi CBAM masih belum clear ini, mengingat potensi diterapkan di negara lain," ungkap Lilik saat dihubungi Kontan, Kamis (04/07).
Lilik menambahkan, meski tak berdampak secara langsung dirinya mengatakan bahwa lebih dari 70% semen yang beredar di dalam negeri sudah lebih ramah lingkungan dengan kandungan karbon yang lebih rendah.
Baca Juga: Upaya Industri Semen Indonesia Terus Bertransformasi Menuju Keberlanjutan
"Sedangkan sisanya (30%) yang ada, kita terus mendorong Kementerian PUPR agar merubah spesifikasi semen untuk bahan konstruksi ke semen yang lebih ramah lingkungan," ungkapnya.
Sementara untuk tujuan ekspor, saat ini produsen semen di Indonesia memang belum bisa mengetuk negara-negara di Eropa sebagai tujuan mereka.
"Pasar ekspor kita terbesar ya, lebih dari 50% itu masih ke Bangladesh, kemudian di susul ke Australia, sisanya beberapa negara lainya seperti Taiwan, Philipine dan Timor Leste," pungkas Lilik.
Baca Juga: Pejabat Otorita IKN Mundur, Ini Kata Emiten Properti yang Lagi Menggarap Proyek
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News