Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Manfaat dari kepemilikan sertifikasi minyak lestari bagi produsen sawit sudah dirasakan oleh Asian Agri. Selain dari sisi harga, sertifikasi minyak lestari tersebut akan lebih meningkatkan efisiensi dan keuntungan.
General Manager Asian Agri Freddy Widjaja mengatakan, pihaknya sudah dapat merasakan keuntungan yang didapat dari penerapan sertifikasi minyak lestari tersebut. Tidak hanya di perkebunan inti, namun sertifikasi minyak sawit lestari juga dimiliki oleh petani plasma Asian Agri.
Harga premium yang didapat dari penjualan minyak sawit lestari tersebut bervariasi tergantung dari perusahaan pembelinya. Meski tidak merinci, namun Freddy bilang total premi yang didapat dari penjualan minyak sawit lestari sepanjang tahun 2013 lalu sekitar US$ 400.000. Dari jumlah tersebut, pihaknya membagikan ke petani plasma sebanyak US$ 220.000.
Luas lahan lahan perkebunan sawit inti yang dikelola oleh Asian Agri mencapai 100.000 hektar (ha). Sementara itu, untuk luas areal perkebunan plasma mencapai 60.000 ha yang dikelola oleh sebanyak 21.000 petani. Lokasi perkebunnnya berada di Riau, Jambi dan Sumatera Utara.
Freddy bilang, seluruh perkebunan Asian Agri baik yang dimiliki oleh inti perusahaan dan plasma sudah mendapatkan sertifikasi International Sustainability & Carbon Certification (ISCC). Sedangkan untuk sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), ditargetkan tahun ini akan rampung seluruhnya.
Produksi minyak sawit lestari yang dihasilkan oleh Asian Agri setiap tahunnya mencapai sekitar 650.000 ton-700.000 ton. Penjualan minyak sawit lestari Asian Agri dujual ke pasar ekspor termasuk ke uni eropa (UE).
Keuntungan lain yang didapat akibat penerapan sertifikasi minyak sawit lestari ini adalah margin pendapatan yang diterima. "Mereka menerapkan praktik dilapangan menjaga lingkungan dengan baik, pupuk tidak berlebihan, efisiensi produksi. Penghasilan mereka akan mencapai titik optimum," kata Freddy, Selasa (2/9).
Usia pohon sawit Asian Agri bervariasi, bahkan ada juga yang sudah memasuki usia replanting yakni sekitar 24 tahun hingga 26 tahun. Oleh sebab itu, pihaknya setiap tahun rutin melakukan replanting sekitar 3.000 ha-5.000 ha per tahun.
Dengan replanting yang rutin dilakukan tersebut, akan menghindarkan masive repnating. Bila hak tersebut terjadi, biaya yang akan dikeluarkan perusahaan akan semakin besar dan tidak akan mencapai nilai ekonomis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News