Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Sistem Meter Indonesia (Asmeti) siap mendukung Kebijakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam upaya mencapai target produksi minyak dan gas jangka pendek tahun 2023 dan terget jangka panjang.
Hingga tahun 2023, SKK Migas menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).
"Asmeti siap mendukung Kebijakan SKK Migas sebagai narasumber kompetensi profesi metering system custody transfer Migas, kita sangat mendukung dan bersinergi dengan SKK Migas untuk dapat mencapai target produksi," kata Sekjen Asmeti Bhudyarso dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (31/5).
Sementara Ketua Umum Asmeti, Daharmono menyakinkan para stakeholder bahwa produksi gas dan minyak yang terkirim ke user sesuai dengan volumenya dan enginer yang terkualisifikasi.
SKK Migas menggelar rapat kerja produksi, metering dan pemeliharaan fasilitas 2023 pada 28-31 Mei 2023. Rapat itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memastikan target produksi dan lifting 2023 2023 dapat dicapai.
“Rapat ini merupakan salah satu upaya dari SKK Migas untuk merumuskan langkah-langkah dan strategi dalam rangka mencapai target produksi jangka pendek tahun 2023 dan sekaligus mewujudkan visi jangka panjang tahun 2030," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Dia menyebut, kinerja produksi dan lifting kuartal I 2023 yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan akan terus dijaga.
Dwi mengingatkan bahwa menyelesaikan berbagai tantangan di industri hulu migas membutuhkan koordinasi, kolaborasi dan sinergi semua pihak untuk mencapai target.
“Komitmen investasi hulu migas tahun 2023 yang mencapai US$ 15,3 miliar harus dapat diserap seluruhnya. Momentum yang baik di kuartal I 2023 harus menjadi pendorong untuk implementasi program yang lebih masif dan agresif di kuartal II 2023 hingga akhir tahun nanti”, ujar Dwi.
Dwi menyampaikan bahwa target produksi dan lifting migas nasional tahun 2023 yang ditetapkan oleh Pemerintah lebih tinggi dari persetujuan WP&B tahun 2023. Oleh karena itu, SKK Migas dan Kontraktor KKS terus mencari upaya filling the gap (FTG) dalam mencapai target nasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyampaikan bahwa realisasi produksi cenderung menurun mengikuti trendline dari proyeksi produksi base, namun demikian angka realisasi lebih besar daripada angka proyeksi produksi base sebagai dampak positif dari beberapa program yang berhasil.
Untuk mendukung upaya peningkatan produksi minyak dan gas, pemerintah terus melakukan perbaikan terms and conditions dalam Indonesia Petroleum Bidding Round.
“Perbaikan tersebut antara lain adalah split bagi hasil hingga 50:50 untuk kategori high-risk, First Tranche Petroleum (FTP) berkurang menjadi 10% (shareable), skema PSC secara fleksibel dengan investor diperbolehkan memilih skema cost recovery atau gross split, DMO price 100% ICP selama waktu masa kontrak dan perbaikan fiskal term lainnya,” jelas Tutuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News