kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.600   0,00   0,00%
  • IDX 8.187   98,16   1,21%
  • KOMPAS100 1.135   16,09   1,44%
  • LQ45 808   11,84   1,49%
  • ISSI 288   3,11   1,09%
  • IDX30 421   6,14   1,48%
  • IDXHIDIV20 477   7,40   1,58%
  • IDX80 126   1,56   1,26%
  • IDXV30 134   0,68   0,51%
  • IDXQ30 133   2,04   1,56%

Aspermigas: Jangan sampai pengembangan energi panas bumi bernasib seperti migas


Rabu, 21 Oktober 2020 / 16:35 WIB
Aspermigas: Jangan sampai pengembangan energi panas bumi bernasib seperti migas
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) mengingatkan pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat agar niatan pengembangan panas bumi tidak bernasib sama seperti industri migas.

Direktur Eksekutif Aspermigas, Moshe Rizal mengungkapkan, industri migas mulai tidak menarik bagi investor pasca keluarnya sejumlah regulasi yang memberi ketidakpastian investasi. "Karena skema yang kita tawarkan bagi investor itu sesuatu yang bukannya tidak menarik tapi ada ketidakpastian, itu yang kita berjuang disitu," ujar Moshe dalam diskusi virtual, Rabu (21/10).

Moshe menjelaskan, pemerintah harus berkaca dari pengalaman yang terjadi jika ingin pengembangan panas bumi tidak bernasib sama. Menurutnya, pemerintah harus memberikan skema bagi hasil yang menarik serta memberikan kepastian bagi para investor.

Kendati pendanaan untuk panas bumi saat ini dapat dikatakan mudah diperoleh Moshe memastikan Indonesia masih membutuhkan pendaanaan dari para investor sehingga pengambilan keputusan harus turut mempertimbangkan kemudahan berinvestasi.

Baca Juga: Menilik nasib SKK Migas pasca disahkanya UU Cipta Kerja, apakah akan dibubarkan?

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menuturkan kendala yang selama ini dihadapi para pengembangan yakni infrastruktur sekitar lokasi wilayah panas bumi yang belum siap.

Adapun, pengembangan dan pembangunan inffrastruktur kerap dibebankan kepada pengembang. "Pemerintah harus berikan fasilitas entah Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sehingga investor tidak dibebankan," kata Fahmy.

Fahmy menambahkan, langkah pemerintah menaikan harga jual juga harus menjadi perhatian. Jika pada akhirnya dibebankan ke konsumen maka hal ini juga bakal berdampak kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Kalau PLN yang menanggung, lama-lama bisa bangkrut, kalau diberikan penggantian dengan skema subsidi yang nanti diganti pemerintah tak apa," pungkas Fahmy.

Selanjutnya: PGN berharap proyek pipa minyak Rokan berdampak positif bagi pembangunan daerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×