Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2019, PT Atria Multi Energi (Atria) bersiap melakukan ekspansi termasuk melirik pasar modal sebagai sumber pendanaan. Perusahaan batubara (Coal) tersebut optimistis permintaan di pasar domestik masih cukup tinggi.
Denny Chandra, Direktur Utama PT Atria Multi Energi (Atria) menjelaskan tahun 2019 perusahaan berniat menambah kapasitas penjualan hingga sebesar 50% dibandingkan dengan 2018.
Peningkatan penjualan itu, tambahnya, ditopang oleh permintaan domestik untuk produk batu bara berkalori tinggi. Atria saat ini mengandalkan batu bara dengan kalori berkisar 5.000-6.000. Kedepan, Atria merangsek ke lini dengan kalori berkisar 4.200-4.700. “Semakin tinggi kalori, semakin menghemat pembakaran lebih panjang. Daya panasnya juga lebih tinggi,” kata Denny dalam keterangan pers, Minggu (10/2).
Tahun ini, Atria menghadirkan show room digital untuk memudahkan calon konsumen memilih produk yang akan dibelinya. Untuk sumber batu bara yang dijualnya, Atria membeli dari penambang di Kalimantan Selatan. “Kami juga punya stock room di Banjarmasin,” jelasnya.
Terkait tahun politik pada 2019, ujar Denny, bisnis energi tidak terlalu terpengaruh. Pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) diyakini juga tidak berdampak signifikan terhadap bisnis batu bara yang dilakoni Atria.
“Kami punya pengalaman pada pilpres 2014, saat itu, permintaan batu bara tetap tinggi. Selama pilpres dan pileg, listrik tidak boleh padam karena itu permintaan batu bara tetap ada,” sergahnya.
Menurut Denny, hingga kini, pembeli batu bara Atria sekitar 50% adalah perusahaan swasta, yaitu dari kalangan manufaktur. Lalu, sebanyak 50% lainnya diserap oleh BUMN yaitu PLN.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperlihatkan bahwa produksi batu bara di Tanah Air bakal mencapai target yang ditetapkan sebesar 485 juta ton. Per akhir November 2018 jumlah produksi mencapai 441 juta ton.
Di sisi lain, Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) untuk Januari 2019 sebesar sebesar US$ 92,41 per ton. Harga itu turun tipis dibandingkan Desember 2018 yang ditetapkan sebesar US$ 92,51 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News