kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Badan Karantina Kemtan ikut pasarkan produk unggas


Rabu, 15 Maret 2017 / 06:05 WIB
Badan Karantina Kemtan ikut pasarkan produk unggas


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Badan Karantina Kementerian Pertanian (Kemtan) terus berupaya mendorong produk unggas dalam negeri masuk ke pasar global. Sebab produksi unggas yang berlebih membuat terjadinya persaingan pasar di dalam negeri yang kerap membuat harga ayam jatuh.

Untuk itu, Badan Karantina tetap mendorong agar industri unggas memenuhi sejumlah persyaratan ekspor unggas ke negara tujuan seperti Papua Nugini, Jepang dan Korea Selatan. Dimana dua negara terakhir sudah menyatakan ketertarikan membeli produk olahan unggas Indonesia.

Sekretaris Badan Karantina Pertanian Kemtan Sujarwanto mengatakan pemerintah bertangunggjawab memberikan jaminan kesehatan dan keamanan produk olahan unggas ke negara tujuan. Sejauh ini Badan Karantina hewan telah melakukan berbagai pemeriksaan fisik dan tindakan karantina lainnya sesuai persyaratan yang diminta negara tujuan.

Selanjutnya produk hewan ini akan dikapalkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok untuk dikirim ke negara tujuan, salah satunya ke Papua Nugini pada pada awal pekan ini.

Sujarwanto bilang, pihaknya memberikan sertifikat sanitasi produk hewan (KH.10) sebagai bukti bahwa produk yang diekspor telah memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan aman dikonsumsi.

Pihaknya juga memberikan jaminan keamanan prosesing dan membuka akses pasar antara negara dengan negara. "Saat ini Badan Karantina memfasilitasi pemasaran produk unggas ini khususnya kepada negara-negara yang kami pandang dapat menerima produk kita,"ujarnya, Selasa (14/3).

Ia mengatakan Kemtan menjalin kesepakatan dengan negara lain untuk berbagai persyaratan. Sujarwanto mengakui kasus masuk dan merebaknya flu burung pada tahun 2003 menjadi pelajaran yang berharga baginya. Sebab kasus tersebut sangat berdampak bagi perekonomian Indonesia bahkan terhadap kesehatan manusia yang dapat tertular penyakit flu burung (zoonosis).

Selama Indonesia masih belum bisa mengendalikan virus flu burung, selama itu pula Indonesia akan terkekang dari ekonomi dagang unggas. Pasalnya, sejak memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia belum bisa mengekspor hasil unggas karena belum dinyatakan bebas dari penyebaran virus tersebut.

Namun saat ini, dengan adanya ekspor, ada pengakuan dari negara tujuan kalau Indonesia mampu mengendalikan peredaran penyakit flu burung. Posisi ini penting untuk memanfaatkan peluang pasar ekspor.

Mat Syukur, staf ahli Menteri Pertanian bidang Inovasi dan Teknologi Pertanian menambahkan, secara resmi melepas ekspor perdana produk ayam olahan Indonesia ke Papua Nugini.  Produk ayam olahan Indonesia kembali diekspor untuk kali perdana setelah vakum sejak tahun 2003 saat terjadi wabah  Flu Burung (Avian Influensa) di tanah air. Sebanyak 5.999,25 Kg dalam 1000 karton milik PT. Charoen Pokphand Indonesia, telah siap untuk dikapalkan ke negara tujuan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×