Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap saat ini Indonesia tengah mempersiapkan pembangunan pabrik metanol senilai US$ 1-1,2 miliar atau setara dengan Rp 19,08 triliun.
"Itu pabriknya lagi akan dibangun. Baru mau lakukan di 2025. Dana sekitar US$ 1-1,2 miliar," ungkap Bahlil saat ditemui Kontan setelah menghadiri rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Senin (02/12).
Menurut Bahlil, langkah ini dilakukan untuk menekan kebutuhan metanol dalam negeri yang saat ini 80%-nya masih berasal dari impor. Lebih lanjut, lokasi pabrik akan berada di Bojonegoro, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 800 ribu ton metanol pertahun.
"Yang jelas itu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kita kan selama ini impor 80%. Kalau kita bangun biodiesel kayak B40 lalu B50, itu pasti nambah lagi volume impor (metanol) kita," tambahnya.
Baca Juga: Bahlil Dampingi Prabowo ke China, Bahas Hilirisasi Batubara
Asal tahu saja, metanol adalah salah satu bahan penting yang digunakan dalam proses transesterifikasi pembuatan Fatty Acids Methyl Esters (FAME) yang merupakan bahan baku biodiesel.
Dengan rencana Indonesia yang segera menerapkan B40 serta mempercepat B50, maka persentase metanol dalam campuran FAME juga akan semakin meningkat.
Menurut Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, selain metanol, kapasitas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang merupakan bahan baku utama dalam B50 sudah mencukupi, meskipun akan menggeser kuota ekspor CPO Indonesia.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Dukung Hilirisasi Industri&Petrokimia lewat Pabrik Kaltim Amonium
"Jadi kita produksi sawit itu 46 juta ton CPO (per tahun), untuk kebutuhan domestik 20 juta ton dan ekspor 26 juta ton. Jika naik B50 akan ada 5,7 juta ton dari 26 juta ton (kapasitas ekspor) tadi yang harus kita ambil untuk kita konversi menjadi biosolar," ujar Sudaryono dalam paparannya di rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Senin (02/12).
Sudaryono mengakui bahwa akan ada pasar ekspor CPO yang dikorbankan untuk B50 dan seterusnya, namun dirasa lepasnya pasar ekspor ini bisa ditutup dengan berkurangnya importasi solar.
"Tentu saja ada potensi kehilangan ekspor 5,7 juta CPO. Tapi dengan B50, tambahan devisa yang dapat atau kita hemat adalah Rp 266,5 triliun," tutupnya.
Selanjutnya: Bunga Deposito Bank OCBC NISP Tertinggi 4,75%
Menarik Dibaca: Bunga Deposito Bank OCBC NISP Tertinggi 4,75%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News