Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
"Enam proyek lainnya masih dalam tahap persiapan lelang atau penyusunan prefeasibility study (FS)," imbuh Dadan.
Keenam proyek terletak di Tangerang Selatan, Makassar, Semarang, Bali, Bekasi dan Sulawesi Utara.
Dadan pun memastikan sejumlah proyek ini ditargetkan dapat beroperasi pada rentang waktu 2022 hingga 2025 jika merujuk draft Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang tengah difinalisasi.
"Namun untuk realisasinya akan tergantung pada progres masing-masing proyek, di mana hal ini akan sangat bergantung pada beberapa hal, antara lain pelaksanaan lelang oleh pemerintah daerah, persetujuan DPRD atas besaran Bantuan Layanan Pengolahan sampah atau tipping fee yang membutuhkan, pembahasan PJBL dengan PLN, kredibilitas Badan Usaha yang ditunjukkan melalui kemampuan pendanaan (pencapaian Financial Close) dan penyelesaian proyek itu sendiri," terang Dadan.
Dadan pun memastikan Kementerian ESDM siap untuk memfasilitasi percepatan proyek sesuai kewenangan yang ada.
Baca Juga: Rancangan Perpres harga EBT selesaikan masalah harga beli listrik
Merujuk data yang ada, maka 15 proyek ini bakal mendorong pengolahan sampah mencapai sekitar 16 ribu ton per day (tpd) dengan kapasitas terpasang 170 MW hingga 240 MW.
Sebelumnya, Surabaya menjadi kota pertama yang mengoperasikan PLTSa secara komersial pada Mei lalu.
Adapun tarif listrik dari PLTSa Landfill Gas adalah Rp 1.250 per kWh, sementara PLTSa Gasifikasi sebesar US$ 13,35 sen per kWh.
Total investasi dari pembangunan PLTSa Gasifikasi Benowo mencapai US$ 54,2 juta atau Rp 704,4 miliar. Sampah yang diolah untuk PLTSa Gasifikasi ini sebesar 1.000 ton per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News