kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bali Towerindo mengejar kenaikan laba lebih dari 25%


Sabtu, 19 Mei 2018 / 10:20 WIB
Bali Towerindo mengejar kenaikan laba lebih dari 25%


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) bakal semakin agresif dalam ekspansi bisnis tahun ini. Mereka fokus mengembangkan bisnis menara telekomunikasi, maupun broadband fiber optic (FTTx).

Guna mendukung ekspansi itu, perusahaan berkode saham BALI di Bursa Efek Indonesia ini akan menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure Rp 860 miliar.

Penggunaan duit ini diantaranya untuk, menambah jumlah menara. BALI ingin menambah 800 - 1.000 tower telekomunikasi. Sebagai catatan, akhir 2017 lalu, mereka punya 1.225 menara. Selama tiga bulan pertama tahun 2018, sudah menambah 72 menara.

Alhasil, total menara mencapai 1.297 yang terdiri dari 114 jenis self supporting tower (SST), 77 jenis monopole tower, dan microcell pole (MCP) sebanyak 1.106.

Dalam ekspansi menara, BALI fokus di MCP menyesuaikan dengan kebutuhan jaringan 4G. Saat ini, seluruh operator sudah bergerak ke pengembangan jaringan 4G dan 5G, sehingga permintaan menara kebanyakan MCP.

Robby Hermanto, Direktur PT Bali Towerindo Sentra Tbk mengatakan, fokus BALI mengembangkan jenis menara MCP merupakan strategi yang mengakomodasi perubahan teknologi yang membutuhkan sinyal lebih cepat. "Permintaan operator untuk menara jenis ini kian meningkat," katanya, Jumat (18/5).

Bali Towerindo juga meningkatkan efisiensi dari sisi desain menara sehingga bisa menghemat biaya belanja modal para operator telekomunikasi. Hampir semua operator sudah menjadi pelanggan, antara lain Telkomsel, Indosat, XL, Smartfren, dan Bolt.

Andi Sumarsono, Direktur Marketing BALI menambahkan, permintaan paling tinggi MCP saat ini dari Indosat. Dalam pengadaan menara baru, Bali Towerindo masih fokus di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sebab, potensi bisnis di dua pulau ini dinilai masih sangat besar. Tahun ini, perusahaan akan mengalokasikan dana Rp 250 miliar untuk menara.

Adapun jumlah pelanggan untuk sewa menara BALI saat ini mencapai 1.892, naik dari 1.392 klien pada posisi akhir tahun lalu. Rata-rata pendapatan perusahaan per tower mencapai Rp 294 juta.

 Jaringan serat optik

 Pada di bisnis broadband fiber optic (FTTx), perusahaan mengembangkan homepass dengan nama Bali Fiber. Tahun ini, perusahaan juga berencana ekspansi di sektor ini sejalan dengan pengembangan menara MCP.

Dalam pengembangan Bali Fiber, BALI masih fokus di Jakarta karena ingin memanfaatkan pengembangan serat optik MCP. "Kami sudah tarik lebih dari 25.000 km fiber optic. Dalam memasang kami menyewa di gedung-gedung. Nah, kami akan manfaatkan ini dengan menyasar penghuni gedung dan ditarik langsung jaringannya," jelas Andi.

Kini, Bali Towerindo telah memasang Bali Fiber di perumahan, sebanyak 14.619 homepass yang tersebar di 33 kluster. Mereka punya klien korporasi yang tersambung jaringan ke 32 gedung.

Permintaan pelayanan jaringan serat optik terus naik. Terutama peningkatan permintaan pelayanan Internet dan TV berbayar (IPTV) di rumah dan area komersial.

Bali Towerindo mengklaim, tarif yang ditawarkan Bali Fiber lebih murah dari kompetitor. Sebab perusahaan ini menggunakan dense network architecture sehingga penyebaran FTTx lebih cepat dan bisa hemat lebih dari 30%.

Tahun ini, BALI menargetkan penambahan jaringan FTTx 85.000-100.000 homepassed.

Mereka akan mengalokasikan dana belanja modal Rp 550 miliar untuk ekspansi di tahun ini. Selain itu akan Rp 60 miliar untuk pengembangan data center.

Bali Towerindo optimis bisa mencatatkan pendapatan Rp 400 miliar, naik 25% dari tahun 2017. Sementara Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi ditargetkan Rp 270 miliar, naik 25,5% dari Rp 215 miliar tahun lalu.

Private placement

Bali Towerindo akan mengandalkan pinjaman bank dan pasar modal untuk mendanai belanja modal tahun ini yang mencapai Rp 860 miliar. Anni Suwardi, Komisaris dan Sekretaris Perusahaan Bali Towerindo bilang, kuartal I-2018 lalu, sudah memperoleh fasilitas kredit Rp 500 miliar dari bank. Dana ini seluruhnya dipakai untuk ekspansi.

Sisanya, akan dicari dari pasar dengan berencana melakukan penerbitan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias privat placement Rp 350. "Saat ini kami masih melakukan penjajakan untuk mencari investor strategis. Kami terbuka untuk investor asing dan investor lokal," kata Anni. Bali Towerindo sudah mendapatkan restu dari pemegang saham sejak tahun lalu untuk melaksanakan privat placement paling banyak 10% dari modal disetor, dengan minimal harga Rp 1.301 per saham.

BALI masih terus melakukan roadshow ke beberapa negara untuk rencana aksi korporasi itu. Kata Anni, banyak investor yang tertarik masuk, hanya penawaran belum sesuai dengan harapan. BALI mengincar privat placement bisa terealisasi di semester II-2018. Jika tidak, perusahaan akan mengubah rencana ekspansi dengan menekan belanja modal di bisnis FTTx. "Kemungkinan ekspansi di FTTx, jika di menara tak mungkin," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×