Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Indonesia akan banjir daging impor jelang akhir tahun ini. Sebab, pemerintah membuka keran impor besar-besaran bagai swasta maupun BUMN untuk menstabilkan harga daging. Keputusan ini membuat peternak sapi dan kerbau lokal meradang. Mereka khawatir, daging impor itu akan merembes ke pasar tradisional yang selama ini dikuasai para peternak.
Pasalnya, harta daging impor rata-rata di bawah Rp 80.000 per kg, sementara harga daging segar saat ini sudah mencapai rata-rata Rp 120.000 per kg.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan, impor daging sapi yang dibuka lebar-lebar berpotensi menganggu pasar daging lokal. Sebab dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah sudah membuka izin impor sampai ribuan ton daging impor, belum lagi impor daging kerbau dari Perum Bulog.
Ia mengatakan ketika daging impor ini masuk ke pasar Jabodetabek plus Jabar, maka akan terjadi kejenuhan pasar karena pasokan yang banyak dan tidak menutup kemungkinan merembes ke pasar tradisional yang selama ini menjadi marketnya daging lokal. "Kalau itu terjadi maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi perang harga dan pasti daging lokal akan kalah karena selama ini petani sudah menikmati harga yang tinggi," ujarnya, Kamis (8/9).
Sebagai perbandingan, rata-rata harga daging beku impor ini di kisaran Rp 70.000 - Rp 80.000 per kilogram untuk operasi pasar (OP), sementara harga daging segar rata-rata di atas Rp 120.000 per kg bahkan di daerah bisa lebih tinggi dari itu.
Teguh mengingatkan pemerintah untuk serius melindungi peternak lokal agar mereka tidak merugi akibat kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan daging impor ketimbang meningkatkan swasembada daging lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News