Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Banjir yang berangsur surut membuat aktivitas pusat perbelanjaan mulai kembali normal, Senin (21/1) kemarin. Sebelumnya, sejumlah pusat perbelanjaan merugi lantaran terpaksa tidak beroperasi akibat banjir.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa bilang, hanya ada dua pusat belanja yang hingga saat ini sama sekali belum beroperasi. Seperti Mega Bekasi Hypermall yang sudah terpaksa tutup sejak Kamis (17/1). Kemudian Pluit Village juga tidak buka sejak Jumat (18/1). "Hal itu di luar kondisi normal," ujar Handaka kepada KONTAN, Senin (21/1).
Sedangkan, pusat perbelanjaan lainnya relatif tidak mengalami gangguan operasional. "Jumlah pengunjung sudah normal sejak akhir pekan lalu," lanjut Handaka, yang juga menjabat Chief Executive Officer (CEO) Senayan City.
Sebagai perbandingan, pada saat banjir menerjang Jakarta, jumlah pengunjung pusat belanja merosot hingga separuhnya. Kondisi seperti itu bukan hanya terjadi di pusat-pusat belanja yang kebanjiran, seperti Mega Bekasi dan Pluit Village, tetapi juga pusat belanja yang akses di sekitarnya terkena banjir, seperti Mall Ciputra.
APPBI menghitung, penurunan penjualan pada Kamis pekan lalu mencapai Rp 160 miliar. Sedangkan, penjualan pada Jumat juga tergerus Rp 80 miliar, kemudian pada Sabtu penjualan turun Rp 20 miliar. Asal tahu saja, perolehan pusat belanja di Jakarta rata-rata Rp 200 miliar sehari.
Kendati aktivitas pusat belanja sudah kembali normal, namun pasokan ritelĀ masih terkendala. Terutama untuk produk yang banyak dibeli masyarakat, seperti produk obat-obatan, mi instan, roti, pembalut wanita, popok bayi, dan sembako.
"Seluruh format ritel, mulai minimarket sampai hipermarket mengalami hal yang sama, suplai masih belum normal," kata Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Satria Hamid Ahmadi.
Dia memperkirakan pasokan baru normal empat hari mendatang. Namun Aprindo belum melakukan kalkulasi kerugian akibat banjir. Namun Satria menduga, potensi kerugian mencapai puluhan miliar rupiah, lantaran akses distribusi terganggu dan produk rusak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News