kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banjir, harga air minum berpotensi naik


Selasa, 21 Januari 2014 / 06:25 WIB
Banjir, harga air minum berpotensi naik
ILUSTRASI. Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (29/8) di tengah kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga The Fed. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Banjir yang mengepung wilayah Jabodetabek mendorong kenaikan harga air minum dalam kemasan (AMDK) di tingkat ritel dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, distribusi AMDK terhambat sehingga stok barang semakin terbatas. Akibatnya, harga jual di tingkat ritel terkerek naik.  


Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kesulitan distribusi akibat banjir mendorong harga AMDK di tingkat ritel menaikkan harga hingga 5%. Sudarman Bolo, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) mengatakan, biaya pengiriman AMDK meningkat. "Tapi, belum ada rencana untuk kenaikan harga," katanya.

Menurut Sudarman, saat ini, produsen AMDK masih bisa mengirimkan produk dari pabrik ke depo-depo mereka di sekitar Jakarta dengan cukup lancar. Akses jalan dari beberapa kawasan produksi AMDK seperti Sukabumi, Subang, Bogor, belum memiliki hambatan berarti.

Justru, yang harus diwaspadai adalah pasokan atau distribusi dari depo menuju titik penjualan akhir seperti toko dan warung. Sebab, rata-rata masing-masing depo milik produsen AMDK hanya mampu menampung stok antara dua hari hingga tiga hari. Biasanya, akses dari depo ke tempat penjualan akhir yang sering terputus karena banjir.

Agar banjir tak berdampak signifikan, produsen AMDK PT Tri Banyan Tirta Tbk sudah bersiap dengan meningkatkan pasokan ke depo mereka. "Kami terus mencoba mengisi kebutuhan pasar," kata Edwin Kosasih, Sekretaris Perusahaan perusahaan pemilik merek Alto itu.

Untuk kawasan Jabodetabek, perusahaan itu memiliki depo di Bekasi, Ciledug, dan Serang. Depo-depo tersebut menampung AMDK produksi pabrik mereka di Sukabumi.

Tahun ini, Aspadin memperkirakan industri air minum dalam kemasan bisa tumbuh 11% dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, produksi AMDK diperkirakan mencapai 20,5 miliar liter.

Faktor pemicunya adalah penambahan jumlah penduduk kegiatan pemilu. Selama kampanye, konsumsi air minum dalam kemasan akan mengalami peningkatan. Konsumsi AMDK paling besar adalah di Jawa sebanyak 40%. Sisanya sebesar 60% tersebar di luar Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×