Reporter: Handoyo, Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Harga tuna terpuruk. Dalam enam bulan terakhir, harga tuna turun hampir setengahnya. Tahun lalu, harga tuna segar yang dipasarkan ke Jepang bisa lebih dari ¥ 1.500 per kilogram (kg). Tahun ini, harga tuna hanya dibanderol sebesar ¥ 800 hingga ¥ 1.200 per kg.
Dwi Agus Siswa Putra, Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) mengatakan, harga tuna merosot lantaran pasokan yang melimpah.
Membludaknya pasokan tuna ke Jepang disebabkan banyak eksportir tuna di seluruh dunia mengalihkan pasarnya ke negara matahari tersebut.
Sementara, ekspor tuna ke negara Eropa semakin sulit. Selain itu, "Ekspor perikanan ke Eropa lewat sertifikasi yang ketat," kata Dwi.
Senada dengan Dwi, Eddy Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) mengakui negara-negara di Uni Eropa memberlakukan sertifikasi untuk produk impor produk perikanan secara ketat, "Tapi kita belum mengetahui dampak penurunan harga ataupun ekspor," kata Eddy.
Dihubungi secara terpisah, Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP mengatakan tidak ada masalah dengan ekspor tuna ke Eropa.
Permintaan tuna dari negara-negara lain di Eropa masih bagus. Misalnya, Portugal meminta 2.000 ton tuna bisa dikirim ke negaranya. Namun, sampai sekarang ekspor tuna ke negara tersebut baru bisa dipenuhi setengahnya yakni cuma 1.000 ton.
"Kita sedang mendorong supaya perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memenuhi permintaan dan bermitra dengan perusahaan di sana," kata Saut. Salah satu perusahaan yang sudah masuk ke pasar Portugal adalah PT Pahala Bahari.
Selain Jepang dan Eropa, pasar lainnya yang bisa digenjot untuk ekspor tuna adalah negara Timur Tengah. Di Arab Saudi, sekitar 50% dari pasar tuna di negara tersebut berasal dari Indonesia.
KKP menargetkan pada tahun 2013 ini, kawasan Afrika dan Timur Tengah menjadi target utama dalam memasarkan produk perikanan seperti sarden, mackerel kaleng, ikan kering, ikan asin lobster, udang, bandeng, dan tuna
Kesulitan umpan
Ketimbang harga, Sautmengaku lebih mengkhawatirkan volume ekspor tuna. Pasalnya, saat ini, di dalam negeri sedang kesulitan umpan untuk menangkap tuna. Saut menjelaskan, untuk menangkap tuna membutuhkan umpan mackarel dan cumi karet.
Untuk ikan jenis mackarel bisa didapatkan dari negara tetangga seperti India dan Pakistan, selain juga bisa dipenuhi dari dalam negeri. "Masalahnya sebetulnya hanya cumi karet adanya dari Argentina," kata Saut.
Data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan volume ekspor tuna selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada 2010, realisasi ekspor ikan tuna sebesar 122.450 ton.
Di tahun 2011, volume ekspor tuna mencapai 141.774 ton atau naik 15,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu volume ekspor tuna naik 41,88% menjadi 201.158 ton. Sampai Juni 2013, volume ekspor tuna mencapai 105.106 ton.
Sementara itu, nilai ekspor tuna juga ikut terkerek naik. Pada tahun 2010, nilai ekspor tuna sebesar US$ 383 juta. Pada tahun 2011, nilai ekspor tuna mencapai US$ 499 juta. Pada 2012, nilai ekspor tuna tembus hingga US$ 745 juta. Pada enam bulan pertama tahun ini, nilai ekspor tuna sudah mencapai US$ 396 juta.
Tahun ini, KKP menargetkan ekspor produk perikanan naik 19% menjadi US$ 5 miliar dibandingkan tahun lalu yakni sebesar US$ 4,2 miliar. Tuna adalah salah satu komoditas andalan ekspor. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News