kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.340.000   -1.000   -0,04%
  • USD/IDR 16.712   -13,00   -0,08%
  • IDX 8.570   155,90   1,85%
  • KOMPAS100 1.188   24,76   2,13%
  • LQ45 863   17,67   2,09%
  • ISSI 300   6,15   2,09%
  • IDX30 447   6,81   1,55%
  • IDXHIDIV20 518   8,17   1,60%
  • IDX80 134   2,95   2,26%
  • IDXV30 137   1,51   1,12%
  • IDXQ30 143   2,38   1,69%

Banjir Produk Impor Tahan Laju Bisnis Tekstil Chemstar Indonesia (CHEM)


Senin, 24 November 2025 / 15:48 WIB
Banjir Produk Impor Tahan Laju Bisnis Tekstil Chemstar Indonesia (CHEM)
ILUSTRASI. CHEM hadapi tantangan industri tekstil: impor murah, UMP naik, persaingan global. Pelajari strategi inovatif & peluang kerja sama demi pemulihan


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis tekstil PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM) belum menunjukkan geliat yang signifikan hingga September 2025.

Banjir produk impor hingga maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menahan laju bisnis perusahaan industri dan perdagangan bahan kimia ini.​

Hingga September 2025, segmen tekstil CHEM mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp 75 miliar. Angka ini baru mencapai 59% dari target yang ditetapkan perseroan tahun ini, yakni Rp 127 miliar.

Direktur CHEM, Lusi, menjelaskan, industri tekstil saat ini masih terhimpit oleh tumpukan produk impor murah sehingga berdampak pada penutupan pabrik lokal. Kondisi tersebut tak ayal memengaruhi arus keuangan di rantai industri tekstil, termasuk lambatnya pembayaran utang para pelaku usaha kepada CHEM sebagai produsen bahan kimia seperti pewarna dan bahan pembantu tekstil.

Baca Juga: Bahlil Klaim Pasokan LNG Tahun Ini Aman, Indonesia Tak Jadi Impor di Tahun Ini

“Karena tidak mampu bersaing di pasar lokal, banyak pabrik terpaksa melakukan PHK,” terang Lusi dalam paparan publik secara virtual, Senin (24/11/2025).

Beban tersebut, lanjut Lusi, juga diperberat oleh naiknya upah minimum provinsi (UMP) dan harga bahan baku. Dus, biaya produksi tekstil menjadi semakin mendaki.

Lebih parahnya lagi, persaingan pasar tekstil global juga kata Lusi kian mengetat. Hal ini membuat industri tekstil Tanah Air semakin tak bergigi di mata dunia.

Sejumlah faktor inilah yang kemudian membuat lini bisnis tekstil CHEM tak kunjung bergairah tahun ini. 

Tak mau larut dalam tekanan, CHEM kata Lusi tengah menyiapkan sejumlah siasat dan telah menangkap beberapa peluang.

Siasatnya, CHEM menekankan strategi perluasan pasar lewat pengembangan produk berbasis manufaktur digital. Strategi ini diharap bisa meningkatkan efisiensi, memenuhi kebutuhan biaya produksi, dan membuka peluang pasar baru.

Untuk memenuhi tuntutan pasar global dan regulasi berkelanjutan, perusahaan akan meningkatkan porsi produk eco-friendly serta memastikan sertifikasi penting seperti halal dan Oeko-Tex. “Supaya ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen, tapi juga memperkokoh posisi perusahaan dalam pasar yang semakin menuntut standar kualitas dan keberlanjutan,” papar Lusi.

 

Seiring dengan strategi itu, perseroan juga bakal memanfaatkan peluang yang ada. Misalnya, CHEM melihat investor asal China masih menampakkan ketertarikan kuat pada industri tekstil Indonesia.

Nah, ini akan dimanfaatkan CHEM dengan membuka kesempatan kerja sama, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas produksi.

Selain itu, CHEM melihat, upaya pemerintah yang gencar memberantas produk pakaian impor dan pakaian bekas ilegal membuka ruang bagi industri lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Ini akan bermuara pada pemulihan lini bisnis tekstil CHEM.

Dus, CHEM optimistis, lini bisnis tekstilnya akan kembali bangkit seiring hadirnya peluang dan berbagai siasat yang dilakukan.

Selanjutnya: Crowne Plaza Labuan Bajo Resmi Dibuka

Menarik Dibaca: 13 Daftar Merek Susu yang Cocok untuk Diet Turunkan Berat Badan, Rendah Lemak!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×