Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri properti tahun ini diperkirakan membaik seiring dengan sejumlah stimulus yang dikucurkan oleh pemerintah. Associate Director Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bhatara mengatakan, kebijakan terkait penurunan suku bunga, pemberlakuan down payment (DP) 0%, hingga membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan penjualan di sektor perumahan dan apartemen di tahun 2021.
Dani menilai, adanya kebijakan yang dilakukan secara bersamaan serta dibatasi oleh waktu atau bersifat sementara merupakan langkah yang sudah baik, karena saling melengkapi dan mendorong konsumen untuk mempercepat pengambilan keputusan. “Hanya diharapkan kerjasama dari pihak perbankan yang juga dapat mempercepat perubahan kebijakan internalnya terkait suku bunga dan kebijakan DP 0%, sehingga konsumen merasa lebih yakin untuk segera mengambil keputusan,” terang Indra saat dihubungi Kontan.co.id.
Indra menyebut, penurunan industri properti sebenarnya telah terjadi sebelum pandemi menyebar. Hal ini terlihat dari turunnya kinerja beberapa sektor properti baik perkantoran, apartemen, kawasan industri, hingga ruang ritel. Adanya pandemi memperparah tekanan ke dunia properti dengan menurunnya kinerja hotel dan sektor yang telah turun sebelumnya.
Rumah tapak termasuk sektor yang cukup dapat bertahan di keadaan pandemi ini, terlihat dari cukup baiknya penjualan di berbagai lokasi dan di berbagai segmen.
Baca Juga: Ini tips investasi properti dari Direktur Bestprofit Futures Syaiful Rachman
Risiko umum pada industri ini biasanya terjadi pada tata kelola perusahaan, diversifikasi produk, sumber pendanaan, hingga melesetnya target penjualan. Pada saat pandemi ini, kinerja pasar mengalami penurunan yang signifikan khususnya di sektor perkantoran, apartemen, hotel, juga ritel.
Sehingga tentu ada risiko dimana sebuah proyek yang setengah jalan tapi target penjualan tidak tercapai, cash flow yang diharapkan tidak sesuai rencana, mengakibatkan ketidakmampuan pengembang dalam membayar kontraktor maupun menyelesaikan properti yang telah dibeli konsumen.
Berbagai risiko lainnya terjadi akibat menurunnya target pendapatan baik dari recurring income maupun penjualan produk properti. “Namun, setiap perusahaan tentu memiliki cara pengelolaan dan kesehatan perusahaan yang berbeda-beda, sehingga risiko yang dialami tidak sama antar perusahaan,” sambung dia.
Baca Juga: Bank ingatkan tingkat bunga kredit bergantung pada profil risiko debitur
Dani menilai, segmen menengah bawah hingga subsidi dengan kisaran harga di bawah Rp 500 juta masih menjadi segmen properti yang paling cepat terserap di berbagai daerah. Sementara segmen menengah hingga menengah atas, dengan kisaran harga Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar, juga tetap memiliki prospek yang baik. Namun, hal ini bergantung pada lokasi, tipe produk, dan pengembang.
Untuk segmen kelas atas relatif lebih terbatas. Tapi beberapa developer yang telah memiliki reputasi yang baik masih mampu melakukan penjualan dengan baik untuk segmen ini.
Baca Juga: Walau SBDK KPR turun, tingkat bunga kredit bergantung pada profil risiko debitur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News