Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyiapkan langkah besar untuk 2026 dengan memperkuat skema pre-border dan melakukan revitalisasi laboratorium agar setara dengan standar internasional. Strategi ini diharapkan menekan biaya logistik sekaligus mempercepat arus ekspor dan impor nasional.
Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean, mengatakan pendekatan pre-border dilakukan dengan memastikan pemenuhan persyaratan teknis kesehatan dan keamanan hayati sejak di negara asal. Dengan demikian, proses pemeriksaan di pelabuhan dan bandara dalam negeri dapat lebih cepat dan efisien.
“Pemenuhan persyaratan teknis dilakukan di negara asal agar proses di perbatasan lebih cepat dan efisien,” ujar Sahat dalam Refleksi Akhir Tahun Barantin 2025 di Jakarta, Jumat (19/12).
Sahat menambahkan, skema ini bertujuan menurunkan dwelling time serta biaya logistik akibat pemeriksaan berlapis dan ketidaksesuaian dokumen saat komoditas tiba di Indonesia.
Baca Juga: BP-AKR Ajukan Kuota Impor BBM 2026, Pemerintah Kaji Alokasi SPBU Swasta
Pendekatan ini juga didukung penguatan kerja sama antar pemerintah dengan negara mitra, termasuk pengakuan sistem karantina dan ketertelusuran komoditas sejak titik produksi.
Sepanjang Januari hingga 17 Desember 2025, Barantin mencatat 2.246 penahanan, 2.527 penolakan, dan 1.136 pemusnahan komoditas karena tidak memenuhi persyaratan karantina.
Selain itu, 809 Notification of Non-Compliance (NNC) impor diterbitkan sebagai bentuk protes resmi kepada negara mitra.
"Pendekatan pre-border diharapkan mengurangi angka penahanan dan pemusnahan, sehingga komoditas bisa langsung dimanfaatkan industri dan masyarakat,” kata Sahat.
Dari sisi infrastruktur, Barantin kini memiliki 364 tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan, dengan janji layanan komoditas berisiko rendah sekitar 5-7 jam jika dokumen lengkap dan dikirim secara elektronik sebelum kedatangan barang. Layanan sertifikasi karantina juga telah terintegrasi secara digital melalui sistem e-Phyto dan e-Cert yang terkoneksi dengan 34 negara mitra dagang.
Selain itu, Barantin sedang melakukan revitalisasi laboratorium untuk mencapai standar internasional, termasuk sertifikasi ISO 17.025 dan 17.028. Sahat menargetkan pada 2026 seluruh laboratorium Barantin dapat menunjukkan layanan dan fasilitas yang setara dengan laboratorium negara mitra.
“Kami ingin lab kami terstandarisasi internasional, dengan kemampuan mendeteksi penyakit, pencemar, dan logam berat secara akurat,” ujar Sahat.
Ke depan, penguatan pre-border akan diintegrasikan dengan layanan berbasis analisis risiko dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung pengambilan keputusan operasional yang lebih cepat dan akurat.
Baca Juga: Permintaan Tinggi, ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM untuk Swasta
Selanjutnya: Seskab Teddy: Akses Jalan dan Listrik di 52 Daerah Banjir Sumatera Sudah Pulih
Menarik Dibaca: 93S Siap Menjelma Jadi Siklon Tropis, Hujan Lebat Angin Kencang di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












