kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bawang Merah Selundupan Mulai Masuk Pasar


Jumat, 26 Maret 2010 / 17:50 WIB
Bawang Merah Selundupan Mulai Masuk Pasar


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Test Test

JAKARTA. Masih besarnya pasar bawang merah di dalam negeri menggelitik masuknya bawang merah impor secara ilegal. Buktinya, pekan ini, petani lokal menemukan masuknya bawang merah selundupan asal Thailand sebanyak enam kontainer atau diperkirakan setara dengan 120 ton.

Kontan, bawang selundupan tersebut membuat petani gelisah. Terutama, petani di daerah-daerah yang menjadi sentra yang 80% terletak di Pulau Jawa, antara lain ada di Brebes, Nganjuk, Probolinggo dan Cirebon.

Menurut Wakil Ketua Asosiasi Perbenihan Bawang Merah Indonesia (APBMI) Akat, empat sentra bawang merah terbesar antara lain Nganjuk, Probolinggo, Brebes dan Cirebon yang total luas lahannya 100.000 ha.

“Besok (hari ini) kami akan mengecek, sebenarnya itu benih (bawang dengan akar plus daun) atau rogolan (bawang merah tanpa daun dan akar), dan kita akan bawa barang bukti berupa benih sebanyak satu kuintal yang ternyata sudah beredar,” ujar Akat di Jakarta, Jumat (26/3)

Mengutip data Kementerian Pertanian, luas panen bawang merah per akhir 2009 mencapai 102.050 ha dengan volume produksi 952.939 ton. Angka tersebut pada dasarnya sudah sangat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang saat ini sekitar 2,65 kg per kapita per tahun atau kurang lebih 609.500 ton per tahun. Berarti masih ada sekitar 300.000 an ton bawang merah yang tersisa.

Jika yang masuk ternyata benar jenis benih, menurut Akat hal tesebut sangat berpotensi merusak pasar bawang merah lokal. Pasalnya, harga bawang merah rendengan (plus daun dan akar) lokal dari petani dijual seharga Rp 6.000 per kg, sementara yang impor itu hanya Rp 5.000 per kg. Oleh karena itu, biasanya bawang merah rendengan itu diperuntukkan untuk benih bukan untuk konsumsi.

Sedangkan untuk yang rogolan (tanpa daun dan akar), di dalam negeri hanya sekitar Rp 5.000 per kg, dan yang impor itu jauh lebih mahal dan memang ukurannya lebih besar, yaitu Rp 8.000 per kg. “Kita tidak khawatir jika memang itu impor untuk konsumsi karena yang akan didatangkan itu adalah rogolan yang harganya jika sampai sini sudah mahal Rp 8.000 per kg, tapi kalau benih dan ternyata dipasarkan untuk keperluan konsumsi, ini yang akan merusak pasar,” tutur Akat.

Sebenarnya tahun ini, memang kumpulan petani bawang merah tersebut memerlukan benih impor karena di sebagian daerah seperti Cirebon dan di kawasan Timur perlu benih impor, jumlahnya sekitar 2.000 ton tahun ini.

Tetapi, kata Akat, itu bukan untuk saat ini, kontrak pengirimannya itu baru akan dilakukan akhir April mendatang. Rencananya bawang merah akan didatangkan dari Thailand dan Filipina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×