Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Perusahaan pertambangan batubara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mendapatkan kontrak penjualan batubara dari perusahaan pembangkit listrik asal Filipina, SMC Consolidated Power Corporation (SMPC).
Sekretaris Perusahaan BYAN Jenny Quantero mengatakan, perusahaannya akan memasok lebih kurang 1,95 juta metrik ton batubara selama enam tahun ke depan
terhitung sejak tahun 2017.
"Harga jual batu bara Bayan Resources akan ditentukan pada tahun 2017. Sesuai dengan masa mulainya kontrak,"ujar Jenny Quantero kepada KONTAN, Jumat (11/9).
SMPC memiliki opsi memperpanjang perjanjian tersebut lima tahun berikutnya. Batubara yang akan di pasok ke SMPC berasal dari konsesi anak usaha PT Bara Tabang di Kalimantan Timur. Di perusahaan yang mulai beroperasi sejak 2009 ini, BYAN memiliki 90% saham.
Batubara yang dipasok ke SMPC ini digunakan untuk kebutuhan pembangkit listrik di Filipina. SMPC adalah bagian dari group San Miguel Corporation yang berasal dari
Filipina. Perusahaan ini bergerak di bidang real estate, makanan, minuman, tenaga listrik , infrastruktur, pengolahan minyak dan pemasaran, perbankan, dan telekomunikasi.
Selain ke Filipina, perusahaan juga menjual batubaranya ke beberapa negara,seperti Taiwan , India, Jepang , China , Singapura dan negara lainnya.
Harga terus merosot
Menurut Jenny, persoalan terbesar perusahaannya saat ini bukanlah melemahnya permintaan batubara dari berbagai negara. Tetapi harga batubara yang masih terus merosot. "Semua komoditas lagi turun saat ini," ujar dia.
Penurunan harga batubara inilah yang mendorong Bayan Resources menghentikan operasi salah satu konsesinya, PT Gunungbayan Pratamacoal pada Maret 2015 lalu.
Kala itu, Bayan Resources mengakhiri kontrak lebih awal dengan perusahaan jasa pertambangan PT Petrosea untuk pengupasan tanah atau overburden removal.
Pada 2015 ini, perusahaan menargetkan produksi dan penjualan batubara antara 10 juta sampai 12 juta ton. Belanja modal yang dialokasikan tahun ini antara US$ 50 juta sampai US$ 80 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News