Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
DEMAK. Para nelayan di Kecamatan Bonang, Demak, mengeluhkan harga rajungan yang anjlok. Komoditas ekspor yang menjadi andalan mayoritas nelayan Bonang ini sebelumnya berkisar Rp 80.000 per kilogram. Namun dalam beberapa minggu terakhir, pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) malah turun menjadi Rp 60.000 per kilogram.
Subiyanto, Ketua Nelayan Sumber Laut, Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Demak, Senin (24/11/2014) mengatakan, para nelayan mengeluhkan rendahnya harga hasil tangkapan laut yang tak sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan untuk membeli solar.
"Kami hanya bisa nangis dan nangis mas. Lha gimana enggak jadi aras arasen (malas melaut), mosok harga rajungan merosot tajam begitu, padahal harga solar semakin mahal," keluh Subiyanto.
Para nelayan di tempatnya mayoritas menggunakan perahu sopek, dan sekali melaut membutuhkan solar sebanyak 25 liter.
Sementara selama sehari melaut hasil tangkapan hanya mendapatkan 3-4 kilogram rajungan saja. "Hasilnya minus, tapi kalau tidak bekerja, kami mau kerja apa?," katanya.
Para nelayan mengaku tak tahu penyebab anjloknya harga rajungan tersebut. Mereka menduga ada permainan dari para tengkulak rajungan. "Kami masyarakat bawah yang terkena dampak langsung dari kenaikan BBM. Ibarat jatuh tertimpa tangga pula. Bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan) kami mohon keadilan," kata Subiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News