Reporter: Handoyo, Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Kebingungan menghadapi laju kenaikan harga kedelai sementara produksi nasional belum bisa mencukupi membuat pemerintah mengambil jalan pintas. Caranya: pemerintah terus memperlonggar tata niaga impor kedelai. Selain tidak membatasi jumlah perusahaan yang akan melakukan impor kedelai, bea masuk kedelai sebesar 5% akan dihapus.
Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan mengatakan, penghapusan bea masuk sesuai dari instruksi Presiden. Pihaknya sudah mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kementrian Keuangan (Kemkeu). "Berlaku secepatnya akan diselesaikan tim tarif," kata Gita, Selasa (18/9).
Dengan asumsi harga kedelai impor sebesar Rp 9.000 per kilogram (kg), pembebasan bea masuk akan mengurangi beban biaya sekitar Rp 450 per kg. Namun, kebijakan ini hanya berlaku sementara. Sayang, Gita tidak menyebutkan sampai kapan kebijakan bebas bea masuk kedelai akan berakhir.
Untuk memperkuat pasokan, Kementrian Perdagangan (Kemdag) juga akan merubah peraturan terkait dengan importansi yakni pihak yang mengimpor kedelai tidak dibatasi hanya yang memiliki IT (Importir Terdaftar) tetapi juga IU (Importir Umum).
"Harga beli petani masih ditetapkan, tetapi harga jual ke perajin yang akan dihapus," kata Srie Agustina, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam negeri, Kemdag.
Langkah pemerintah untuk menghapus bea masuk disambut sorak sorai oleh importir kedelai, salah satunya adalah PT FKS Multi Agro. "Selama ini yang dominan menentukan dalam importansi kedelai adalah kurs dan harga kedelai internasional," ujar Kusnarto, Direktur PT FKS Multi Agro.
Walau demikian, Kusnarto bilang dampak dari pembebasan bea masuk ini setidaknya baru akan terasa sebulan kedepan. Pasalnya untuk melakukan importasi setidaknya butuh waktu hingga 45 hari. Sementara untuk yang telah masuk masih dikenakan bea masuk.
Johan Fadil, Sekretaris Jenderal Perajin Tahu Tempe Indonesia (Hipertindo) mengatakan, dampak pembebasan bea masuk hanya sementara.
Sebab, di pasar kedelai masih banyak spekulan yang bermain untuk mempermainkan harga. Secara jangka panjang, produksi lokal harus ditingkatkan sehingga mengurangi ketergantungan impor. "Seharusnya harga kedelai di pasar masih Rp 8.000 per kg," kata Johan.
Tak takut impor
Pembebasan bea masuk ini, satu sisi menolong perajin tempe tahu. Di sisi lain dikhawatirkan akan membuat harga kedelai lokal tiarap.
Maman Suherman, Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Kementrian Pertanian (Kemtan) yakin harga kedelai lokal tidak terganggu. Alasannya, pemerintah sudah memiliki payung hukum untuk melindungi petani kedelai lokal.
"Sudah ada kebijakan stabilitas harga kedelai," kata Maman. Penugasan kepada Perum Bulog untuk menyerap kedelai lokal dan mengatur harga beli petani merupakan instrumen yang ampuh menarik minat petani untuk menanam kedelai.
Selain itu pula, ada ketentuan tentang kewajiban bagi importir dan perajin membeli kedelai lokal juga membuat petani tak perlu was-was akan menjual ke mana ketika panen tiba.
Saat ini, kata dia harga kedelai lokal cukup bagus yakni Rp 7.700 sampai Rp 8.100 per kg. Selain itu juga, harga kedelai akan ditinjau setiap tiga bulan. "Oktober akan dievaluasi, kalau ada kenaikan produksi maka ada peningkatan," kata Maman.
Setiap tahun kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton. Produksi dalam negeri diperkirakan hanya sekitar 800.000 ton. Sampai awal September 2013, realisasi impor kedelai mencapai 850.000 ton. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News