kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beban makin berat gara-gara tarif listrik naik


Senin, 06 Juli 2015 / 13:46 WIB
Beban makin berat gara-gara tarif listrik naik


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pengusaha dan pelaku industri manufaktur mengeluhkan kenaikan tarif listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebabnya, kenaikan tarif ini dilakukan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri maupun global.

Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia mengatakan, pihaknya geram dan jengah dengan kelakuan PLN yang kembali menaikkan tarif listrik pada 1 Juli 2015. "Saya rasa PLN konsisten. Iya, sangat konsisten hanya memikirkan diri sendiri," tandas Ade pada KONTAN, Jumat (3/7).

Ia juga mengkritisi bahwa PLN melakukan praktik monopoli pasar dalam memberi aliran listrik ke masyarakat dan industri. "Ya, begitu kalau perusahaan monopoli tidak ada pesaing," ujar Ade.

Dengan kenaikan tarif listrik, beban produksi industri tekstil jadi ikut meningkat. Menurut Ade, industri tekstil sangat sensitif dengan berbagai kenaikan beban perusahaan. "Kami ini kan industri yang padat karya," imbuh dia.

Ade mengatakan, listrik mengantungi 20% dari beban produksi di industri tekstil hulu. Sedangkan listrik di tekstil hilir mengantungi 13%-14% dari beban produksi. Listrik adalah beban produksi terbesar kedua perusahaan setelah bahan baku yang sebesar 60%-70% dari beban produksi.

Dia menilai, kenaikan tarif listrik yang rata-rata 1,5% dibandingkan tarif listrik Juni 2015 tidak tepat. Pasalnya, saat perekonomian dalam negeri melambat, masih ditambah beban kurs rupiah terus melemah.

Di samping itu industri tekstil lokal harus bersaing dengan banjirnya impor produk tekstil. "Saat ini Pasar ekspor sedang lesu. Pelemahan ekonomi di berbagai negara turut memicu penurunan permintaan tekstil dunia. Ini berat," ujar Ade.

Senada dengan Ade, Haryadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan, kenaikan tarif listrik akan semakin menekan industri. "Ini pengaruhnya besar karena kebutuhan listrik di industri itu cukup besar dalam beban produksi pelaku usaha dan industri manufaktur," ujarnya.

Terlebih lagi yang mengherankan, pelayanan listrik oleh PLN tidak maksimal. Haryadi berharap PLN bisa efesiensi sehingga melulu menaikkan tarif listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×