kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beban membengkak, laba bersih Intiland tergerus 39,2% di semester I-2018


Rabu, 15 Agustus 2018 / 17:24 WIB
Beban membengkak, laba bersih Intiland tergerus 39,2% di semester I-2018
ILUSTRASI. RUPS PT Intiland Development Tbk


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Intiland Development Tbk (DILD) mengalami perlambatan di semester I 2018 meskipun pendapatan usaha perusahaan masih meningkat. Laba bersih pengembang ini melorot 39,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 (year on year/yoy).

Intiland hanya mampu mengantongi laba bersih Rp142 miliar selama paru pertama 2018. Padahal pada semester I tahun lalu, perusahaan membukukan net profit Rp 234 miliar. Artinya, ada penurusan sampai Rp 92 miliar.

Sementara pendapatan usaha perusahaan properti ini masih mengalami pertumbuhan sebesar 34,9% dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1,8 triliun.

“Penurunan kinerja laba terutama karena adanya peningkatan biaya operasional dan beban bunga,”ungkap Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD dalam keterangan resminya, Rabu (15/8).

Beban langsung dan beban pokok penjualan Intiland meningkat 69,8% yoy menjadi Rp 1,28 triliun. Beban usahanya juga membengkak 15,2% menjadi Rp 347 miliar dan beban bunga baik 7,5% menjadi Rp 128,9 miliar.

Sementara pendapatan usaha DILD terutama berasal dari meningkatnya pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan dan penjualan lahan non-core.

Lonjakan segmen ini, terutama berasal sumber dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura Surabaya.

Pengembangan kawasan perumahan menyumbang pendapatan Rp1,1 triliun atau 61,3%. Ini melonjak lebih dari 400% dari hasil di semester I 2017 yang hanya Rp 220 miliar. Pengembangan mixed use & high rise berkontribusi Rp 422,2 miliar atau 23,4 %, itu naik 33,6% dari periode yang sama tahun lalu.

Sementara segmen pengembangan kawasan industri belum memberikan kontribusi pendapatan usaha dari penjualan lahan industri. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu perseroan berhasil memasarkan lahan industri Ngoro Industrial Park senilai Rp 551,1 miliar.

Selama semester I-2018, Intilnad baru berhasil mencatatkan marketing sales Rp 45 miliar dari kawasan industri tersebut.

Adapun proyek resurring income menyumbang pendapatan Rp 276,1 miliar atau 15,3% dari total pendapatan Intiland. Pendapatan berulang itu tercatat naik 9,4% dari tahun lalu. Archied bilang, penyebabnya karena pendapatan sewa kantor, serat pengelolaan sarana dan prasarana, termasuk sport club meningkat

Archied mengatakan, tantangan di industri properti masih cukup berat. Meskipun pemerintah telah menerbitkan sejumlah stimulus pertumbuhan sektoral, namun pasar dan konsumen masih cenderung mengambil sikap wait and see mengantisipasi perkembangan dan dampak pesta demokrasi yang akan dilaksanakan hingga tahun depan.

"Kendati begitu, Intiland tetap optimis akan ada perbaikan kondisi pasar properti di semester kedua tahun ini tetapi tidak akan terlalu tinggi," kata Archied.

Intiland masih yakin dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan hingga akhir tahun. Dari sisi pendapatan usaha, beberapa proyek pengembangan mixeduse & high rise akan selesai tahun ini sehingga hasil penjualannya dapat dibukukan sebagai pendapatan usaha.

Beberapa pengembangan proyek baru yang akan selesai tahun ini antara lain Praxis Surabaya. Selain itu, perseroan juga terus menyelesaikan proses pembangunan unit-unit rumah di sejumlah kawasan perumahan, seperti Serenia Hills Jakarta, Talaga Bestari dan Magnolia Residence di Tangerang, serta Graha Natura di Surabaya.

Mengantisipasi kondisi pasar dan arah perkembangan sektoran, manajemen perseroan mempertahankan langkah strategis yang bersifat konservatif.

"Perseroan tetap akan terus menjaga dan mempertahankan kinerja usaha melalui strategi pertumbuhan secara organik maupun dengan menjalin kerjasama strategis dengan investor," tandas Archied.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×