kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini penjelasan Sariguna Primatirta (CLEO) soal kinerja yang ciamik di tahun 2019


Jumat, 27 Maret 2020 / 19:56 WIB
Begini penjelasan Sariguna Primatirta (CLEO) soal kinerja yang ciamik di tahun 2019
ILUSTRASI. Air mineral merk Cleo produksi PT Sariguna Primatirta. KONTAN/Muradi/2017/04/2017


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen air minum dalam kemasan (AMDK), PT Sariguna Primatirta Tbk mencatatkan kinerja ciamik di sepanjang tahun 2019. 

Mengintip laporan keuangan tahunan perseroan tertanggal 31 Desember 2019, penjualan bersih perseroan melonjak sekitar 31% menjadi Rp 1,08 triliun di tahun 2019 lalu dari semula dari semula Rp 831,10 miliar pada tahun 2018.

Baca Juga: Penjualan Sariguna Primatirta (CLEO) sepanjang 2019 tumbuh 31%

Pada saat yang bersamaan, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih meroket sekitar 106,69%  secara tahunan year-on-year (yoy) dari semula sebesar Rp 63,26 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 130,75 miliar pada tahun 2019 lalu.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan T Sariguna Primatirta Tbk, Lukas Setio Wongso berujar kenaikan penjualan bersih perseroan dipicu oleh adanya tambahan kontribusi penjualan dari produk baru seperti varian produk dengan kemasan botol mini berukuran 220 mililiter (ml) dan Super O2. Di sisi lain, jangkauan penjualan perseroan juga meningkat seiring adanya penambahan jumlah titik distribusi dan armada.

Sementara untuk laba, selain memang didorong oleh penjualan bersih yang meningkat, pertumbuhan laba bersih yang dibukukan oleh perseroan juga tidak terlepas dari sejumlah upaya efisiensi yang dilakukan.

Untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi, perseroan mengerek produktivitas mesin pabrik, terutama untuk lini kemasan botol dan gelas. Seiring adanya upaya ini, beban pokok penjualan dapat dijaga. Meski mengalami naik, kenaikannya tidak sampai melampaui pertumbuhan penjualan.

Baca Juga: Keluar dari indeks FTSE, saham KOTA dan PTSN layak dikoleksi

Menilik laporan keuangan tahunan perseroan, kenaikan beban pokok penjualan tercatat sebesar 23,07% yoy menjadi Rp 692,21 miliar pada sepanjang tahun 2019. Sebelumnya, beban pokok penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 562,460 miliar pada periode sama tahun 2018.

Pun dari sisi distribusi, perseroan juga menjaga beban penjualan dengan meningkatkan produktivitas-produktivitas pabrik perseroan yang terletak di daerah. Dengan cara ini, biaya distribusi bisa ditekan kenaikannya. Sementara kenaikan beban penjualan memang sulit dihindari seiring adanya pertumbuhan volume penjualan.

“Biaya penjualan bisa terjaga karena produktivitas pabrik-pabrik kita yang jauh dari Pandaan (lokasi salah satu pabrik perseroan) juga meningkat untuk menghemat ongkos angkut ke pelanggan setempat di area-area pabrik kita di daerah,” terang Lukas kepada Kontan.co.id (27/03).

Adapun beban penjualan perseroan tercatat mengalami kenaikan sekitar 26,43% yoy dari semula sebesar Rp 104,89 miliar pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp 132,63 miliar pada sepanjang tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Berikut 9 saham Indonesia yang masuk Indeks FTSE per Maret 2020

Di sisi lain, perseroan juga telah melunasi beberapa pinjaman bank pada akhir tahun 2018. Dus, beban keuangan perseroan berhasil ditekan sehingga turun sekitar 35,60% yoy dari semula sebesar Rp 23,05 miliar di tahun 2018 menjadi hanya Rp 14,85 miliar di tahun 2019. “Ada penurunan biaya bunga akibat pelunasan pinjaman bank pada akhir tahun 2018,” ujar Lukas (27/03).

Tak pelak, laba bersih perseroan lantas melejit dari semula sebesar Rp 63,26 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 130,75 miliar pada tahun 2019 lalu.

Per 31 Desember 2019 lalu, aset perseroan tercatat sebesar Rp 1,24 triliun atau naik sekitar 49,30% dari aset perseroan di tahun 2018 yang sebesar Rp 833,93 miliar. Aset perseroan per 31 Desember 2019 terdiri atas ekuitas sebesar Rp 766,29 miliar dan liabilitas sebesar Rp 478,844 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×