Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Menilik laporan keuangan tahunan perseroan, kenaikan beban pokok penjualan tercatat sebesar 23,07% yoy menjadi Rp 692,21 miliar pada sepanjang tahun 2019. Sebelumnya, beban pokok penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 562,460 miliar pada periode sama tahun 2018.
Pun dari sisi distribusi, perseroan juga menjaga beban penjualan dengan meningkatkan produktivitas-produktivitas pabrik perseroan yang terletak di daerah. Dengan cara ini, biaya distribusi bisa ditekan kenaikannya. Sementara kenaikan beban penjualan memang sulit dihindari seiring adanya pertumbuhan volume penjualan.
“Biaya penjualan bisa terjaga karena produktivitas pabrik-pabrik kita yang jauh dari Pandaan (lokasi salah satu pabrik perseroan) juga meningkat untuk menghemat ongkos angkut ke pelanggan setempat di area-area pabrik kita di daerah,” terang Lukas kepada Kontan.co.id (27/03).
Adapun beban penjualan perseroan tercatat mengalami kenaikan sekitar 26,43% yoy dari semula sebesar Rp 104,89 miliar pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp 132,63 miliar pada sepanjang tahun 2019 lalu.
Baca Juga: Berikut 9 saham Indonesia yang masuk Indeks FTSE per Maret 2020
Di sisi lain, perseroan juga telah melunasi beberapa pinjaman bank pada akhir tahun 2018. Dus, beban keuangan perseroan berhasil ditekan sehingga turun sekitar 35,60% yoy dari semula sebesar Rp 23,05 miliar di tahun 2018 menjadi hanya Rp 14,85 miliar di tahun 2019. “Ada penurunan biaya bunga akibat pelunasan pinjaman bank pada akhir tahun 2018,” ujar Lukas (27/03).
Tak pelak, laba bersih perseroan lantas melejit dari semula sebesar Rp 63,26 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 130,75 miliar pada tahun 2019 lalu.
Per 31 Desember 2019 lalu, aset perseroan tercatat sebesar Rp 1,24 triliun atau naik sekitar 49,30% dari aset perseroan di tahun 2018 yang sebesar Rp 833,93 miliar. Aset perseroan per 31 Desember 2019 terdiri atas ekuitas sebesar Rp 766,29 miliar dan liabilitas sebesar Rp 478,844 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News