Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) menyatakan jika sejauh ini perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak membawa dampak terhadap aktivitas ekspor Perseroan. Direktur Trans Power Marine Rudy Sutiono mengungkapkan aktivitas transhipment masih berjalan lancar.
"Sejauh ini tidak ada dampak sama sekali ke TPMA. Aktifitas transhipment tetap berjalan lancar," tuturnya saat dihubungi Kontan, Kamis (3/3).
Lebih lanjut, Rudi menilai jika bisnis pengangkutan tahun ini akan sangatlah baik mengingat permintaan kapal tunda dan tongkang terus meningkat seiring dengan mulai bangkitnya industri dalam negeri, khususnya industri nikel.
Melihat hal tersebut, TPMA tahun ini berencana menambah lagi sekitar 2 sampai 3 set kapal. Tambahan tersebut akan melengkapi total armada TPMA yang saat ini berjumlah 35 set untuk kapal tunda dan tongkang, serta 3 buah crane barge. Dirinya menyampaikan saat ini utilisasi kapal sudah mencapai 95%. "Utilisasi kapal tahun ini mencapai 95% dan 5% docking ataupun maintenance," ujarnya.
Baca Juga: Adaro Energy Indonesia (ADRO) Catat Pertumbuhan Pendapatan hingga 58% Sepanjang 2021
Untuk mendukung penambahan kapal tersebut, TPMA menganggarkan belanja modal (capex) hingga Rp 200 miliar. TPMA menargetkan pertumbuhan pendapatan 10%-15% tahun ini. Sementara untuk laba bersih ditargetkan mampu bertumbuh 30%-40%.
Sementara itu, hingga September 2021, TPMA pendapatan yang relatif datar menjadi US$ 30,3 juta, naik tipis atau 0,6% yoy.
Berdasarkan segmen, pendapatan dari jasa tug and barge menyumbang 71,5% dari total pendapatan, sedangkan pendapatan dari jasa floating crane menyumbang 28,5% dari total pendapatan.
Pendapatan dari antar pulau dibandingkan transhipment didistribusikan relatif merata. Berdasarkan barang yang diangkut, batubara menyumbang lebih dari 80% dari total pendapatan.
Baca Juga: Matahari Department Store (LPPF) Raup Laba Bersih Rp 913 Miliar Pada 2021
Walau begitu, beban pokok pendapatan turun 6,4% yoy menjadi US$ 23 juta dari US$ 24,6 juta. Hal itu terutama didorong oleh penurunan signifikan dalam biaya sewa kapal yang turun 85,4% yoy dari US$ 2,9 juta menjadi hanya US$ 0,4 juta. Akibat permintaan yang melambat sejak pandemi, TPMA mengurangi sewa kapal dan memaksimalkan utilisasi kapal.
TPMA membukukan laba bersih sebesar US$ 3,4 juta, melonjak 194,7% yoy dari US$ 1,2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh efisiensi biaya sewa kapal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News