Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah bersiap untuk melanjutkan proyek hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi dari Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto mengungkapkan saat ini pihaknya masih melakukan tahap negosiasi dan konsultasi dengan Danantara terkait proyek ini.
"Semuanya masih proses negosiasi dan konsultasi. Saya belum bisa bicara lebih detail dulu," ungkap Turino kepada Kontan, Senin (27/10/2025).
Sebelumnya, Turino sempat menjelaskan PTBA telah mengunjungi proyek-proyek gasifikasi batubara di China.
Ia menambahkan, China tidak hanya berhasil mengubah batu bara menjadi DME, namun juga menjadi methanol, hingga polypropylene. Ia juga menyebut proyek gasifikasi menjadi zat kimia telah berjalan 20-30 tahun.
Baca Juga: PTBA Sediakan 800 Juta Ton Batubara untuk Hilirisasi, DME 5-6 Juta Ton Per Tahun
Teknologi dari China juga disebut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpotensi digunakan Indonesia dalam pengembangan hilirisasi batubara ini.
“Dua saja, kalau tidak Eropa, China,” kata Bahlil di Istana Negara, dikutip Senin, (27/10/2025).
Ia menjelaskan, proyek hilirisasi batu bara menjadi DME merupakan salah satu dari 18 proyek yang telah diselesaikan konsep dan pre-feasibility study (pra-FS) atau studi awal kelayakannya oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.
“Sekarang, hasil pra-FS itu sedang dipelajari oleh konsultan untuk finalisasi di Danantara,” ujarnya.
Disisi lain, Ketua Badan Kejuruan (BK) Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli mengakui jika Indonesia masih terkendala kemampuan teknologi dalam pengembangan hilirisasi yang satu ini.
Baca Juga: Pemerintah Masih Kaji Insentif Lanjutan Terkait Hilirisasi Batubara Menjadi DME
"Kelemahan Indonesia saat ini adalah lemahnya penguasaan teknologi pengolahan dan pemurnian di bidang minerba. Indonesia belum menguasai teknologi tersebut, terutama untuk hilirisasi batubara menjadi DME. Sehingga ketergantungan terhadap teknologi dari luar negeri sangat tinggi dan berujung mahalnya biaya akuisisi teknologi," jelas dia.
Rizal menambahkan, jika memang menyasar kerjasama dengan China yang menurut pemerintah paling feasible, perlu adanya transparansi perusahaan China yang akan bekerjasama dengan Indonesia tersebut.
"Belum jelas benar siapa partner teknologi tersebut yang akan berinvestasi di proyek tersebut. Mudah-mudahan bisa segera diputuskan kelayakan ekonomi dan teknisnya serta siapa yang akan menjadi partner proyek tersebut," tambahnya.
Sebelumnya, Indonesia melalui PTBA dan Pertamina (Persero) telah menandatangani kerjasama dengan Air Products and Chemicals, Inc, pemilik teknologi pengembangan DME asal Amerika Serikat (AS) pada November 2018 lalu.
Namun, Air Products and Chemicals, Inc memutuskan mundur dari proyek pada Maret 2023 dengan alasan masalah keekonomian dan belum terbitnya payung hukum yang pasti untuk proyek ini.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Targetkan Hilirisasi Batubara Jadi DME Dilaksanakan Tahun Depan
Selanjutnya: Bumi Serpong Damai (BSDE) Raih Marketing Sales Rp 7,10 Triliun per September 2025
Menarik Dibaca: Awas Hujan Ekstrem di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (28/10) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













