kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.483.000   -4.000   -0,16%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.583   -34,80   -0,40%
  • KOMPAS100 1.181   -2,65   -0,22%
  • LQ45 852   0,31   0,04%
  • ISSI 305   -1,71   -0,56%
  • IDX30 438   -1,48   -0,34%
  • IDXHIDIV20 511   -0,46   -0,09%
  • IDX80 133   -0,14   -0,11%
  • IDXV30 138   0,07   0,05%
  • IDXQ30 140   -0,50   -0,36%

Eksplorasi Panas Bumi Masih Terkendala Infrastruktur


Jumat, 19 Desember 2025 / 09:04 WIB
Eksplorasi Panas Bumi Masih Terkendala Infrastruktur
ILUSTRASI. PLTP Ulubelu (Dok/PLN)


Reporter: Havid Vebri | Editor: Havid Vebri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai energi panas bumi harusnya bisa menjadi tulang punggung mewujudkan ketahanan energi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. 

Penilaian ini didasarkan atas potensi panas bumi Indonesia yang mencapai 23,74 gigawatt (GW) karena berada di ring of fire, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

"Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar dan ini bisa menjadi kekuatan. Tetapi, hingga saat ini belum dioptimalkan karena banyaknya permasalahan yang dihadapi, seperti ketersediaan infrastruktur untuk menuju ke panas bumi tersebut," kata Fahmy dalam keterangannya, Jumat (19/12).

Fahmy menyoroti pentingnya dukungan pemerintah untuk mempercepat pengembangan panas bumi di Indonesia. Salah satunya dukungan infrastruktur interkoneksi antarpulau untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan.

"Jika infrastrukturnya sudah tersedia, maka akan menarik investor untuk menggali potensi panas bumi kita," kata Fahmy.

Namun, tanpa dukungan kebijakan dan pembangunan infrastruktur yang terencana, potensi tersebut akan tetap menjadi potensi semata.

Keterlibatan aktif pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dasar dan penyederhanaan regulasi menjadi kunci untuk menarik investasi dan mempercepat pengembangan panas bumi.

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah merencanakan penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 42,5 gigawatt (GW) dan pembangunan penyimpanan energi sebesar 10,2 GW.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen direncanakan berasal dari energi terbarukan. Untuk panas bumi, dialokasikan tambahan kapasitas sebesar 5,2 GW, dengan proyeksi kapasitas terpasang mencapai 1,1 GW pada tahun 2029.

Namun, realisasi EBT secara umum masih belum sesuai harapan. Mengacu pada data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi bauran EBT sepanjang 2024 hanya mencapai 14,68 persen, jauh dibawah target yang ditetapkan sebesar 19,5 persen.

Sementara itu, di tingkat global, pemanfaatan panas bumi semakin berkembang, terutama di Amerika Serikat (AS). Sebagai negara dengan kapasitas terpasang panas bumi terbesar di dunia, yakni mencapai 3,93 GW, Amerika Serikat semakin agresif dalam mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi.

Reuters melaporkan, energi panas bumi yang bebas emisi karbon semakin diminati oleh perusahaan teknologi berskala besar yang memiliki komitmen terhadap pengurangan emisi.

Berbeda dengan energi surya atau angin yang bergantung pada kondisi cuaca, panas bumi menjadi sumber energi bersih yang selalu tersedia sepanjang waktu.

Hal ini menjadikannya sangat menarik bagi perusahaan seperti Meta dan Google, yang membutuhkan pasokan listrik stabil dan rendah emisi untuk mendukung data center mereka.

Selanjutnya: Cara Mengatasi Shadow Ban TikTok dengan Tepat, Cek Informasi Terbaiknya di Sini

Menarik Dibaca: Cara Mengatasi Shadow Ban TikTok dengan Tepat, Cek Informasi Terbaiknya di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×