Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengembang panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) optimistis cetak kinerja yang lebih baik pada 2025. PGEO juga berupaya meningkatkan kemampuan produksi listrik yang akan berkorelasi dengan capaian kinerja perusahaan tersebut.
Dalam catatan Kontan, PGEO meraih pendapatan senilai US$ 407,12 juta pada akhir 2024 atau naik 0,20% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, laba bersih PGEO berkurang 1,89% yoy menjadi US$ 160,49 juta pada akhir 2024.
Meskipun laba bersihnya terkikis, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menyatakan, PGEO tetap menjaga profitabilitas yang sehat, kas operasional yang kuat, serta efisiensi dalam pengelolaan biaya. PGEO pun senantiasa memperkuat posisi sebagai pemimpin industri panas bumi di Indonesia dengan strategi operasional yang berkelanjutan.
“Kinerja yang solid ini mencerminkan komitmen kami dalam mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan kontribusi terhadap transisi energi nasional,” ujar Julfi dalam keterbukaan informasi, Rabu (26/3).
Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Catat Pendapatan US$ 407,12 Juta di 2024
Dari sisi operasional, PGEO membukukan produksi listrik panas bumi sebanyak 4.827,22 gigawatt hour (GWh) pada 2024 atau naik 1,96% dibandingkan tahun sebelumnya.
Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mencatatkan peningkatan produksi di berbagai wilayah, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang yang tumbuh 5,36% year on year (yoy), kemudian PLTP Lahendong tumbuh 0,40% yoy, dan PLTP Lumut Balai tumbuh 2,72% yoy.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Yurizki Rio percaya diri PGEO bisa meraih kinerja pendapatan dan laba bersih yang lebih baik pada tahun 2025. Hanya saja dia tidak membeberkan secara rinci proyeksi pertumbuhan kinerja keuangan PGEO.
Potensi tersebut didukung oleh produktivitas PLTP milik PGEO yang bakal meningkat. Dia menyebut, produksi listrik panas bumi sebesar 4.827,22 GWh yang diraih PGEO pada 2024 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
“Tahun ini kami coba tingkatkan menjadi 4.930 GWh dan kami ingin menjaga margin tetap stabil,” tutur dia dalam media gathering, Rabu (26/3).
Untuk mendongkrak produksi listrik ini, PGEO tentu bakal menambah kapasitas pembangkitnya. Dalam waktu dekat, tepatnya pada Juni 2025, PGEO menargetkan PLTP Lumut Balai Unit 2 yang berkapasitas 55 megawatt (MW) mulai masuk fase Commisioning Operation Date (COD). Saat ini, PGEO sedang mematangkan persiapan proses COD, yang mana seluruh peralatan untuk mendukung operasional pembangkit tersebut sudah ada di tempat.
Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai, kinerja PGEO masih berpeluang tumbuh positif seiring tingginya kebutuhan energi terbarukan pada 2025. Apalagi, PGEO juga gencar menambah kapasitas dan meningkatkan efisiensi operasionalnya, sehingga diharapkan mendatangkan manfaat bagi kelangsungan bisnis emiten tersebut.
“PGEO masih berpeluang untuk meningkatkan margin dari momentum industri energi terbarukan, tetapi memang harus terus dipantau secara fundamental,” kata dia, Rabu (26/3).
Untuk saat ini, Indy merekomendasi investor untuk wait and see terhadap saham PGEO dengan target harga Rp 1.200 per saham. Pada Rabu (26/3), harga saham PGEO berada di level Rp 820 per saham atau naik 5,13% dibandingkan hari sebelumnya. Sejak awal tahun, harga saham PGEO telah terkoreksi 12,30% year to date (ytd).
Selanjutnya: Dijual Mulai 11 April 2025, Ini Harga iPhone 16 Resmi iBox, Cek Harga iPhone Lain
Menarik Dibaca: 6 Larangan Kegiatan Saat Nyepi di Bali Berlangsung, Termasuk Mengakses Internet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News