Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah menyiapkan sejumlah agenda bisnis tahun ini. Dari sisi kinerja operasional, PGAS menargetkan kenaikan sejumlah lini operasional bisnis dari tahun lalu.
Arief S. Handoko, Direktur Utama PGAS merinci, untuk bisnis gas trading, PGAS menargetkan menjual 954 billion british thermal unit per day (BBTUD). Target ini naik dari realisasi volume trading gas di tahun lalu sebesar 921 BBTUD.
Tahun ini, PGAS mengincar kenaikan volume transmisi gas sebesar 6% menjadi 1.516 million standard cubic feet per day (MMSCFD). Sebagai perbandingan, realisasi transmisi gas tahun lalu sebesar 1.427 MMSCFD.
Untuk Terminal Usage Agreement (TUA), PGAS menargetkan TUA di angka 50 BBTUD, naik 88% dari realisasi TUA di tahun lalu yang hanya 27 BBTUD. PGAS juga mengincar kenaikan volume regasifikasi sebanyak 11% menjadi 192 BBTUD dari sebelumnya 173 BBTUD.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Siap Masuk Perkotaan dan IKN, Simak Rekomendasi Analis
Di sisi volume LPG processing, PGAS juga mengincar kenaikan 11% menjadi 44.000 ton dari sebelumnya 40.000 ton.
Ada sejumlah asumsi yang digunakan PGAS tahun ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi diproyeksi di level 5,2%. Kedua, tingkat inflasi berada di angka 2,8%. Ketiga, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 15.000 per dolar AS. Keempat, harga minyak atau Indonesian Crude Price diasumsikan US$ 82 per barel
Arief menjabarkan, ada sejumlah program dan strategi di tahun ini. Pertama, customer attachment dengan menggaet pelanggan komersial dan industri di wilayah Jawa dan Sumatera, termasuk tambahan pasokan dari Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kedua, mengembangkan proyek gas perkotaan termasuk pengembangan jaringan gas kota, diantaranya untuk proyek ibu kota baru (IKN). Ketiga, pengembangan biometana dan produk turunan gas, di antaranya produk terbarukan dan pasokan gas bumi untuk menunjang bisnis energi hijau
Untuk menunjang kinerja tahun ini, PGAS mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure senilau US$ 361 juta, naik dari capex tahun lalu di angka US$ 261 juta. Sebanyak 63% digunakan untuk bisnis downstream sementara sisanya yakni sebanyak 37% untuk bisnis upstream.
Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra menyematkan rating netral saham PGAS dengan target harga Rp 1.200 untuk 12 bulan ke depan. Target harga ini mencerminkan price to eranings (PE) 2024 sebesar 8,3 kali.
Saham emiten pelat merah ini memang memiliki valuasi yang murah, tetapi Inav menilai saat ini bukan waktu terbaik untuk masuk ke saham PGAS.
“Kondisi force majeure yang dihadapi baru-baru ini dapat menimbulkan tekanan dalam jangka pendek,” terang Inav. Ditambah, tidak adanya katalis baru untuk saham PGAS. Sehingga, pemeringkatan ulang terhadap saham PGAS tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Sementara analis CGS CIMB Sekuritas Bob Setiadi merekomendasikan hold saham PGAS dengan target harga Rp 1,225 per saham. PGAS memiliki arus kas yang solid, yang diyakini memungkinkan PGAS melakukan deleveraging utang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News