kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bekraf akan bangun Bekraf Creative District (BCD), tetapi butuh dana swasta


Jumat, 19 Juli 2019 / 18:29 WIB
Bekraf akan bangun Bekraf Creative District (BCD), tetapi butuh dana swasta


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan membangun proyek Bekraf Creative District (BCD) yang rencananya akan dimulai tahun depan.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf masih enggan menyebut dimana saja lokasi pembangunan proyek itu. "Lokasinya masih berada di sekitar kota Jakarta. Yang terpenting, ada akses transportasi seperti kereta api, tol, dan juga lokasi pelabuhan.Tapi saya belum bisa menyebut spesifik 6 titik kota tersebut," ujarnya, Selasa (16/7).

Sebagai informasi, Bekraf berencana membangun kota kreatif untuk 6 subsektor prioritas, seperti fashion, kuliner, kriya, film, musik, dan gim di atas lahan seluas 5.000 hektare.

Dalam pembangunan ini, Bekraf berencana menggandeng perusahaan kreatif. Sementara dalam hal pendanaan, Triawan berkata pihaknya membutuhkan bantuan dana APBN dan swasta, dengan porsi swasta lebih besar.

Dirinya pun enggan menyebut pihak yang diincar untuk bekerjasama dan besaran investasi yang akan digelontorkan. Namun dirinya berkata untuk membangun BCD, setidaknya dana yang dibutuhkan bisa mencapai lebih dari Rp 100 triliun.

"Investasi bisa mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Ini proyek besar yang melibatkan banyak pihak. Kami akan berkolaborasi dengan pelaku ekonomi kreatif pula, mulai dari musisi hingga arsitek. Ke depannya, ini yang diharapkan akan berkontribusi bagi perekonomian Indonesia," ujarnya.

Sementara Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), Stefanus Ridwan berkata sebaiknya Bekraf tidak hanya membuka kesempatan kerjasama dengan swasta dalam hal pendanaan semata. Tetapi juga penggodokan ide dan konsep.

"Saya kira tawaran kerjasama berupa ide dan bagaimana kedua belah pihak mendapat benefit yang sama, serta bagaimana cara pengerjaan proyek, jauh lebih baik. Jika hanya sebagai penyandang dana, susah, karena kami juga masih dibebani pajak dan tuntutan lain," ujar Stefanus kepada Kontan, Selasa (16/7).

Lebih jauh, Stefanus berkata kerjasama yang ideal adalah saat satu pihak tidak menjadi korban. Dengan demikian, jikalau pihaknya digandeng pemerintah, pihaknya perlu mendapat proyeksi prospek yang jelas mengenai proyek BCD.

Sebaliknya, PT Sentul City Tbk (BKSL) melihat karakter yang disampaikan Bekraf, cocok dengan kawasan yang dikembangkannya, yakni Sentul City.

"Kawasan Sentul City dilalui LRT dan bisa ditempuh dengan waktu perjalanan kurang dari 1 jam. Selain itu, Sentul City sudah memiliki land bank yang memadai, yakni 3000 hektar, 1000 hektar diantaranya sudah dikembangkan," ujar Alfian Mujani, Sekretaris BKSL kepada Kontan, Selasa (16/7).

Alfian menambahkan, Sentul City sudah memiliki infrastruktur yang terkoneksi langsung dengan akses Tol Jagorawi dan jalur LRT Bogor-Jakarta. "Jadi kalau Bekraf memilih Sentul City sebagai kawasan BCD, itu sangat tepat," lanjut Alfian.

Pihaknya pun tidak keberatan membantu pendanaan Bekraf yang diestimasi mencapai Rp 100 triliun,sepanjang bisnis dan proyeksi yang ditawarkan jelas. "Dana sebesar itu pasti digunakan untuk belanja tanah. Jika Rp 100 triliun untuk 5.000 hektar, sepertinya tidak masalah jika perhitungan bisnis masuk akal," tutup Alfian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×