Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belajar dari perjalanan masa lalu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan fokus memprioritaskan penerbangan atau kekuatan domestik.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kesalahan Garuda Indonesia dulu lebih memikirkan penerbangan internasional dan menyewa pesawat yang mahal.
"Garuda dulu lebih memikirkan internasional, lebih gaya-gayaan, sewa pesawat mahal. Pemulihannya 120% ada yang duduk di pesawat, baru bisa break even," jelas dia pasca menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (2/1).
Baca Juga: Menakar Daya Tarik Saham Garuda Indonesia (GIAA) yang Tengah Melandai
Erick bilang hal seperti itu tak boleh terulang kembali. Apalagi secara kinerja keuangan, dia menilai maskapai pelat merah ini sudah semakin sehat.
Jika menilik kinerja perseroan, per 30 September 2022, GIAA mampu mencatatkan pendapatan usaha sejumlah US$ 1,5 miliar. Nilai ini naik 60,34% secara tahunan atau year on year (YoY) dari US$ 939,02 juta.
Dari sisi bottom line, Garuda Indonesia berhasil membalikkan rugi sebesar US$ 1,66 miliar sepanjang sembilan bulan di 2021, menjadi laba sejumlah US$ 3,96 miliar.
Untuk tahap awal ini, pemerintah telah menyuntikkan dana sebesar Rp 7,5 triliun pada GIAA. Erick bilang langkah berikutnya, Garuda akan menggelar private placement.
Baca Juga: Garuda Indonesia, Maskapai Global Paling Tepat Waktu 2022 Versi OAG Flightview
"Langkah kedua kita mencari private placement beberapa bulan ke depan. Jangan sampai ita terbiasa menjual BUMN di harga rendah," tutur dia.
Dia bilang untuk melakukan aksi korporasi, perusahaan BUMN juga harus memberikan value added buat negara. Jadi Erick berusaha untuk memposisikan aset BUMN atau kerja sama dengan harga yang wajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News