Reporter: Gloria Haraito |
JAKARTA. Tahun lalu, total belanja iklan media di seluruh dunia mencapai US$ 426 miliar. Dari jumlah ini, TV masih mendominasi belanja iklan dengan kue 38,2%. Koran menjadi pemakan belanja iklan kedua terbesar dengan kue 23%. Kue belanja iklan di internet sendiri masih 12,7%. Sementara belanja iklan di majalah mengambil porsi 10,4%, radio 7,7%, media luar ruang 5,5%, dan film 0,1%.
Linda Chang, Direktur Pengelola Pengukuran Penonton The Nielsen Company Asia mengatakan, pontesi belanja iklan internet terbuka luas. "Ini menunjukkan potensi internet ke depan sangat terbuka lebar," ujar Linda dalam acara konferensi Nielsen Consumer 360 di Jakarta, Selasa (19/10).
Berdasarkan riset Nielsen di Asia Pasifik, penetrasi internet di Hong Kong, Singapura, dan Taiwan mencapai lebih dari 50% dari jumlah penduduk. "Penetrasi di Indonesia merupakan yang paling rendah, tidak sampai 10%. Ini menunjukkan, potensi penetrasi internet untuk berkembang sangat besar," ujarnya.
Penetrasi internet ini berjalan seiring dengan perkembangan akses internet melalui smartphone. Linda mengatakan, perkembangan smartphone di Hong Kong, Singapura, dan Taiwan terlihat lamban. Sementara perkembangan smartphone di Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia berkembang pesat.
Tantangan baru
Hary Tanoesoedibjo, Presiden Direktur PT Global Mediacom Tbk mengakui, konsumsi media sepanjang lima tahun menurun kecuali konsumsi TV, film, dan internet. "Konsumsi internet di Indonesia mengalami peningkatan terbesar, dari yang cuma 8% di tahun 2005, tahun ini saya perkirakan menjadi 18%," kata Hary. Setengah dari konsumen internet di sembilan kota di Indonesia adalah kaum muda yang berusia 10 tahun sampai 19 tahun.
Di periode sama, pembaca koran juga bertambah dari 19% menjadi 35%. Adapun pendengar radio tumbuh dari 15% menjadi 24%. Peningkatan positif juga dialami oleh pengguna ponsel. Dalam kurun waktu empat tahun, pertumbuhan ponsel tumbuh dari 21% menjadi 52%. Itu sebabnya Hary menilai, internet dan ponsel menjadi media baru yang penting, terutama untuk menggaet generasi muda.
Dengan berkembangnya media baru, maka industri media menghadapi tantangan baru. Media harus menyajikan konten yang berkualitas agar dapat memenangkan persaingan. Di sisi lain, perusahaan harus pintar-pintar memilih media yang tepat untuk memasarkan produknya agar tepat sasaran. "Melihat tantangan ini, MNC bersaing dengan mengintegrasikan media penyiaran, cetak, online, serta mensinergikan konten media tersebut dengan berbagai saluran mobile," terangnya. Usaha mensinergikan konten ini misal dengan memproduksi value added services (VAS), mobile games, dan konten.
Peluang komersial dari portal internet juga diakui oleh Danny Wirianto, Direktur Pemasaran PT Darta Media Indonesia, pemilik situs Kaskus. Danny memandang bisnis online menarik karena margin labanya mencapai 80% dari pendapatan. Potensi komersial situs online ini bisa diperoleh dari iklan dan biaya transaksi. Saban bulan, Kaskus dikunjungi oleh 33 juta pengunjung. Tahun lalu, transaksi di Kaskus mencapai US$ 100 juta.
Transaksi di Kaskus ini dilayani lewat KasPay. Saat ini KasPay memang belum memungut biaya. Namun Danny bilang, ke depannya perusahaan melihat potensi bisnis dari biaya transaksi. "Kami tidak akan memungut mahal-mahal, mungkin sekitar Rp 500-Rp 1.000 per transaksi," ujar Danny. Selain itu, sebentar lagi Kaskus juga akan menyajikan Kasad, yakni layanan iklan di Kaskus. Untuk satu iklan akan dipungut biaya sekitar Rp 3.000.
Bisnis online yang cerah juga berpotensi mengundang investor asing. Saat ini Kaskus sedang didekati oleh delapan investor lokal dan asing. Dalam menggaet investor, Kaskus akan melihat kesamaan visi dan misi di bisnis online. Saat ini Kaskus punya modal komunitas, kami komunitas online terbesar di Indonesia. Kami mencari investor yang bisa mendukung secara teknologi," terang Danny. Meski tidak mau menyebut valuasi, namun menurutnya Danny nilai valuasi situs Kaskus sudah lebih dari Rp 500 miliar. Ia pun menegaskan, perusahaan masih semangat mengelola perusahaan. Sehingga, kalaupun melepas ke perusahaan asing, Kaskus hanya akan melepas minoritas tak lebih dari 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News