kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berebut pasar mi instan yang makin melar


Selasa, 12 Oktober 2010 / 18:27 WIB
Berebut pasar mi instan yang makin melar
ILUSTRASI. Brosur produk Asuransi Umum


Reporter: Fitri Nur Arifenie, Ario Fajar, Gloria Haraito, Indira Prana Ning Dyah |

JAKARTA. Pasar mi instan di negeri ini makin besar saja. Meski kerap dituding kurang sehat jika terlalu sering dikonsumsi, toh permintaan mi instan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini, misalnya, Asosiasi Industri Roti, Biskuit dan Mie Instan (Arobim) memperkirakan omzet penjualan mi instan tak kurang dari Rp 2 triliun.

Ke depan, nilainya bakal lebih besar lagi. Tak tanggung-tanggung, Arobim memprediksi, omzet industri mi instan di 2011 mencapai Rp 3 triliun. "Naik sekitar 50% dari tahun ini," kata Ketua Umum Arobim, Sriboga Suratmo kepada KONTAN, Senin (11/10). Sebab, laju konsumsi mi instan akan terus meningkat seiring bertambahnya penduduk dan kian akrab masyarakat dengan mi instan.

Melihat pasar yang begitu besar dan terus tumbuh, wajar jika banyak produsen tertarik ikut menangguk rezeki di bisnis mi instan.

Lihat saja, mi instan merek baru terus bermunculan di pasar. Pasar yang dulunya didominasi merek-merek besutan Indofood dan Wings Food, kini diramaikan pula oleh berbagai merek keluaran pemain baru. Di antaranya, Mi Cita Rasa dan Mi Selera buatan PT Indo Pangan Prima.

Terjun ke pasar mi instan empat tahun lalu, kini Indo Pangan makin agresif membidik kelas menengah bawah. "Tahun depan kami akan buat varian baru, yaitu bihun dan mi gepeng," kata Saiful Sukamto, Manajer Pemasaran Indo Pangan, yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur.

Sebagai pendatang baru, pangsa pasar Indo Pangan belum sampai 2%. Di kelas menengah bawah ini, Indo Pangan bersaing dengan beberapa pemain kecil lainnya. Sebut saja Mie Gaga, Salam Mie, ABC, dan Olagafood dengan mi merek Alhami.

Sebenarnya ruang gerak para pemain kecil ini cukup terbatas. Mereka hanya bisa memperebutkan pangsa pasar sekitar 11%. Soalnya, sekitar 89% pasa mi instan dikuasai Indomie (Grup Indofood) dan Mie Sedaap (Grup Wings).

Indofood kuasai pasar

Tak bisa dipungkiri, dalam lima tahun terakhir, pasar mi instan di Indonesia praktis hanya menjadi arena pertarungan antara Indofood dan Wings. Sebagai penguasa pasar mi instan, Indofood menggenggam pangsa pasar 77%. Wings menguntit di urutan kedua dengan pangsa pasar sekitar 12%.

Dalam prospektus initial public offering (IPO) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tertulis, sepanjang kuartal I-2010 lalu, pendapatan emiten ini mencapai Rp 4,3 triliun. Sebanyak 72,9% dari jumlah tersebut alias Rp 3,1 triliun, berasal dari penjualan 2,91 miliar bungkus mi instan.

Anthoni Salim, Direktur Utama Indofood CBP, dalam prospektusnya mengatakan, perolehan penjualan tersebut disokong oleh kenaikan harga mi instan tiga kali, yakni di semester II-2007 dan dua kali di kuartal I-2008. "Ini menyebabkan harga mie instan meningkat secara signifikan, yaitu sekitar 40% sampai 70%," kata Anthoni.

Kenaikan harga ini merupakan implikasi dari kenaikan bahan baku dan harga komoditas seperti terigu, minyak goreng, dan miyak mentah.

Adhi Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengakui, bisnis mi instan di Indonesia masihbergairah. Produksi mi instan Indonesia diperkirakan mencapai 15 miliar bungkus per tahun. Seluruh produksi mi instan tersebut terserap pasar. "Bisnis mi instan masih akan terus tumbuh," ujar Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×