kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bergantung nyawa bisnis pada para sponsor


Rabu, 27 Februari 2013 / 16:33 WIB
ILUSTRASI. Pengunjuk rasa memakai topeng Aung San Suu Kyi, saat mereka berpartisipasi dalam sebuah protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, Minggu (28/2/2021).


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Empat tahun silam, ledakan bom mengguncang dua hotel berkelas dunia di Kuningan, Jakarta. Aksi teror itu juga menimbulkan derita bagi para penggemar klub papan atas liga Inggris, Manchester United, yang ada di Jakarta. Serangan bom itu menjadi alasan The Red Devils menunda tur ke Indonesia yang dijadwalkan selang beberapa hari kemudian setelah bom meledak.

Namun, situasi Indonesia yang tidak aman di mata para jawara bola dunia itu sudah berlalu. Selama dua tahun terakhir, para penggemar sepakbola di negeri ini punya banyak kesempatan untuk menyaksikan secara langsung tim kesayangannya berlaga. Bahkan tahun ini bisa disebut sebagai masa puncak kedatangan klubklub kelas dunia ke Indonesia.

Sejumlah klub raksasa yang selama ini hanya bisa dinikmati pemirsa dari layar televisi akan benar-benar menyapa pendukungnya di Indonesia.

Beberapa klub bernama tenar yang sudah pasti hadir di lapangan hijau Indonesia adalah Chelsea, AS Roma, Liverpool, Arsenal, Juventus, PSV Eindhoven, Hamburg SV, Barcelona, dan AC Milan Glorie. Tak cuma klub, dua tim nasional yang punya nama harum di jagat sepakbola, Belanda dan Argentina, juga akan hadir di sini.

Ada banyak alasan klub-klub sepakbola dunia itu mau jauh-jauh datang dari seberang benua dan lautan. Selain alasan sport, mereka juga berharap bisa memperbesar basis penggemar di sini. Alasan terakhir ini tentu berujung pada keuntungan bisnis para duta olahraga Eropa tersebut.

Nilai bisnis juga dipetik oleh para penyelenggara atau event organizer (EO) dari pertandingan yang menghadirkan tim asing itu. Jangan lupa, setiap pertandingan yang menghadirkan klub Eropa selalu menyedot puluhan ribu penonton.

Ambil contoh, pertandingan AC Milan Glorie yang berlangsung awal Februari lalu. Kendati Glorie berisikan pemain yang berstatus sebagai veteran, toh atribut AC Milan sudah ampuh membetot minat para Milanisti, sebutan untuk penggemar klub berkostum merah-hitam itu.

Reza Abdullah, Executive Vice President PT Asia Sport Development (ASD) yang menjadi penyelenggara acara, menuturkan, kedatangan AC Milan Glorie mampu mengundang 36.000 penonton datang langsung ke stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. “Jika dibandingkan dengan pertandingan yang dilakukan AC Milan Glorie di tahun 2011, penonton pertandingan di tahun ini lebih banyak karena harga tiketnya juga lebih murah,” kata Reza.

Untuk dapat menyaksikan langsung laga AC Milan Glorie melawan Indonesia All Star Legend, penonton harus membayar tiket Rp 100.000–Rp 300.000. Bandingkan, acara serupa dua tahun lalu memasang tarif menonton Rp 50.000–Rp 2 juta. Untuk tahun ini, ASD belum berencana menggelar acara olahraga lagi.

Perusahaan EO lain, My Event, juga menjadwalkan kedatangan tiga klub sepakbola tahun ini. Satu klub yang sudah pasti akan datang ke Indonesia adalah Chelsea, 25 Juli 2013 mendatang. “Untuk mendatangkan Chelsea, BNI sudah konfirmasi sebagai sponsor, hak siar dengan RCTI dalam tahap fi nalisasi,” kata Niken Ayu, Marketing Director My Event.

Selain Chelsea, My Event juga akan mendatangkan klub Barcelona yang dihuni pemain terbaik dunia, Lionel Messi. Niken menuturkan, proses negosiasi dengan klub dari Negara Spanyol itu sudah 90%.

Mengimpor koki Namun ada kendala waktu. My Event hanya diberi dua opsi yaitu tanggal 7 Agustus 2013 yang merupakan malam Hari Raya Idul Fitri atau tanggal 10 Agustus 2013. Dua opsi waktu yang ditawarkan Barcelona itu sangat riskan. Selain berisiko pertandingan sepi penonton karena masa Lebaran, urusan koordinasi juga lebih rumit.

Namun membatalkan kehadiran Barcelona juga pilihan pahit bagi My Event yang sudah menghabiskan waktu dua tahun untuk melobi klub papan atas asal Spanyol itu. Untuk menyiasati situasi itu, My Event merancang pertandingan Barcelona berlangsung bersamaan dengan acara takbiran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Masih ada klub lagi yang masih dirahasiakan bakal mereka datangkan. Niken menuturkan, proses negosiasi dengan klub tersebut sudah 70%. Jika kesepakatan tercapai, klub yang masih misterius itu akan menyuguhkan permainan di Indonesia pada 30 Juli 2013.

Selain tidak mudah dan butuh waktu lama, proses mendatangkan klub terkenal juga memerlukan biaya besar. Untuk mendatangkan klub berisi pemain veteran saja, seperti AC Milan Glorie, ASD harus menyiapkan kocek Rp 5,5 miliar. Dari jumlah itu, dana sebesar € 225.000 khusus untuk membayar tim.

Sisa dana untuk menutup kebutuhan biaya produksi, seperti akomodasi tim dan promosi. “Biaya itu sudah termasuk ongkos liburan AC Milan Glorie ke Bali,” kata Reza.

Jika mendatangkan tim utama AC Milan, Reza menuturkan, biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar, sekitar US$ 2 juta atau setara Rp 19,4 miliar. Biaya yang harus dibayarkan ke klub sepakbola memang berbeda-beda. Untuk mendatangkan Chelsea, My Event harus menyiapkan anggaran Rp 52 miliar. “Biaya untuk tim Chelsea £ 2 juta atau sekitar Rp 30 miliar,” kata Niken.

Pos lain yang menyedot biaya besar di antaranya adalah izin kerja bagi 90 orang kru yang dibawa Chelsea, termasuk para koki. Menurut Niken, pengurusan izin kerja di Kementerian Tenaga Kerja saja memakan biaya Rp 5,5 juta per rang.

Anggaran sebesar itu juga sudah termasuk biaya hotel, makanan yang disiapkan oleh tim koki yang dibawa Chelsea, menyewa stadion serta perlengkapan latihan seperti 50 bola, sesuai dengan spesifi kasi yang diminta Chelsea.

Biaya untuk mendatangkan Chelsea diakui Niken memang lebih besar. Apalagi jika dibandingkan dengan tim yang mereka datangkan tahun lalu, yaitu Valencia. Untuk menghadirkan tim asal Liga Primera Spanyol berlaga di depan 20.000 penonton, My Event merogoh kocek Rp 10 miliar–Rp 12 miliar.

Toh, ongkos mengundang yang besar itu bakal tertutup jika target penyelenggaraan tercapai. Untuk pertandingan Chelsea, My Event menargetkan jumlah penonton sebanyak
40.000 orang. Harga tiketnya sendiri belum diputuskan. Sekedar contoh, tiket untuk laga Valencia dijual dengan harga berkisar Rp 150.000 hingga Rp 650.000 per penonton.

Selain hasil penjualan tiket pertandingan, EO juga mendapatkan fulus dari sponsor dan hak siar di televisi. Ada juga pemasukan dari acara sampingan, seperti meet and greet, galadinner, dan coaching clinic. Niken menuturkan, idealnya dana sponsor sudah menutup 100% biaya produksi. “Nyawanya adalah sponsor. Sedang penjualan tiket menjadi bonus,” kata Niken. Reza mengamini pernyataan Niken.

Memang, risiko rugi di bisnis olahraga ini, tetap ada. Event yang menuai rugi seperti pertandingan MU yang batal, garagara ledakan bom. Penurunan minat menonton juga bisa menyandung bisnis pertandingan sepakbola.

Untuk itu, penyelenggara pertandingan harus pintar-pintar memilih waktu. Tahun ini, para EO menilai jadwal pertandingan sudah terlalu padat. Karena itu ASD tak menggelar laga baru di sisa tahun ini. ASD berambisi mengundang tim utama AC Milan dan Manchester City, untuk berlaga di Senayan tahun depan.

Prinsip high risk, high return juga berlaku juga di bisnis olahraga, eh... hiburan ini.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 22 - XVII, 2012 Ivent Organizer


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×